Rabu, 26 November 2014

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LAHAN RAWA LEBAK DAN RAWA PASANG SURUT

“Pengelolaan Tanaman Budidaya Dilahan Rawa Pasang Surut"









KHAYATU KHOIRI
05121407020
















PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2014
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM LAHAN RAWA LEBAK DAN PASANG SURUT
 



NAMA           : Khayatu Khoiri                   Hari/tanggal   : 23 November 2014
NIM                : 05121407020                                   ASISTEN :
KELAS          : Agroekoteknologi Palembang             1. Ulfira Yuniarti
JUDUL          : Pengelolaan Tanaman Budidaya          2. Amalia Rochima Putri
                          Dilahan Rawa Pasang Surut                  3. Jansen T. Lingga
                                                                                 4. Torang G. Tampubolon
                                                                                 5. Dany Setiawan
                                                                                 6. Elvran



                                                                                                                                                 I.          PENDAHULUAN
A.  Ekosistem Rawa
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organism juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup(Wikipedia). Begitu juga menurut Undang–Undang Lingkungan Hidup (UULH) 1982, yang mengatakan bahwa ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.  Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu (elfis,2010).
Suatu ekosistem di katakan dalam keaadan seimbang apabila komposisi di antara komponen - komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang,keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia. (Wikipedia, 2009)


B.  Pengelolaan Rawa Pasang Surut
·      Pengelolaan Air
Sistem pengelolaan air yang sesuai di lahan pasang surut adalah sistem satu arah pada lahan-lahan tipe A dan B, dan sistem konservasi pada lahan tipe C dan D. Secara specifik pengelolaan air di lahan pasang surut bertujuan untuk : (1) Memenuhi kebutuhan air pada penyiapan lahan, (2) Memenuhi kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman, (3) Memberikan suasana kelembaban yang ideal bagi pertumbuhan tanaman dengan mengatur tinggi muka air tanah, (4) Memperbaiki sifat fisiko-kimia tanah dengan cara mencuci zat-zat yang bersifat meracun bagi tanaman, (5) Mengurangi semaksimal mungkin terjadinya oksidasi pirit pada tanah sulfat; (6) Mencegah terjadinya proses kering tak balik pada gambut, (7) Mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence) terlalu cepat; dan (8) Mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.(Hernanto,2010)
Penerapan sistem tata air satu arah pada lahan tipe luapan A dan B dapat dilakukan dengan menggunakan pintu air otomatis pada tingkat saluran sekunder/ tersier yang berfungsi untuk memisahkan fungsi saluran antara sekunder/tersier untuk saluran irigasi dan untuk saluran drainase. Air masuk pada saat pasang masuk melalui saluran irigasi dengan mendorong pintu air otomatis, sementara pintu pada saluran sekunder/tersier drainase akan tertutup. Sebaliknya pada saat air surut, pintu air pada saluran sekunder/tersier irigasi akan tertutup akibat dorongan air balik, sementara pada saluran sekunder/tersier drainase arus air balik akan mendorong pintu air menjadi terbuka sehingga air bebas keluar. Dengan demikian sirkulasi air pada tingkat lahan pertanaman dan pencucian dapat berlangsung dengan baik. (Nappu, B., dkk. 2003).
·      Penataan Lahan
Guna mengoptimalkan pengembangan lahan rawa pasng surut untuk usaha pertanian yang sekaligus meningkatkan diversifikasi hasil pertanian dan pendapatan, maka perlu dilakukan penataan lahan.? Adapun tujuan penataan lahan adalah untuk : (1) mengurangi resiko kegagalan total dalam usaha tani; (2) meningkatkan keragaman usaha tani melalui difersifikasi tanaman; (3) meningkatkan pendapatan usaha tani melalui difersifikasi tanaman; (4) mempertahankan kesuburan tanah. Penataan lahan di lahan rawa pasang surut dapat dilakukan berdasarkan kepentingan dan keadaan tipologi lahan.
Dikenal ada 4 model penataan lahan, yaitu (1) sistem sawah; (2) Sawah  Surjan; (3) Sawah  Tukungan; dan (4) tegalan/kebun. Jenis penataan lahan yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan tipe luapan dan tipologi lahan. Penataan lahan dengan sistem sawah dianjurkan untuk lahan-lahan yang termasuk dalam tipe luapan A atau dekat dengan muara sungai dimana luapan pasang baik pasang besar (pasang tunggal) maupun pasang kecil (pasang ganda) terasa hingga lahan pertanaman atau pada lahan dengan kedalaman pirit dngkal (< 50 cm).
Penataan lahan dengan sistem Sawah Surjan dianjurkan pada lahan baik tipe luapan A, B, dan C dengan catatan memiliki kedalaman pirit > 60 cm. Surjan dibuat dengan cara meninggikan sebagian lahan dengan menggali atau mengeruk tanah di sekitarnya. Bagian lahan yang ditinggikan disebut tembokan (raise beds), sedang wilayah yang digali atau di bawah disebut tabukan (sunkens beds). Lebar tembokan dibuat sekitar 2-3 m dan tinggi 0,50-0,75 m, sedangkan tabukan dibuat dengan lebar 8-15 m. Pada sisi kiri dan kanan surjan sebaiknya dibuat saluran dengan lebar 0,5 m dan kedalaman 0,5 m yang akan berfungsi menjaga kelembaban surjan atau tempat pengambilan air untuk menyiram tanaman disurjan pada saat diperlukan. Setiap hektar lahan dapat dibuat sekitar 6-10 tembokan (sekitar 0,06 - 0,12 % total lahan) dan 5-9 tabukan.
·      Pemilihan Komoditas adaptif dan prospektif
Dengan penerapan sistem tata air dan penataaan lahan yang sesuai, lahan rawa pasang surut tidak hanya dapat diperuntukan untuk tanaman padi, namun berbagai komoditas dapat dikembangkan. Penganekaragam komoditas dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi resiko kegagalan usahatani. Namun demikian sebelum memilih/ menetapkan komoditas yang akan diusahakan, setidaknya ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan agar komoditas yang diusahakan dapat berproduksi secara optimal dan memiliki nialai jual yang cukup tinggi. Adapun ke empat pertimbangan dimaksud adalah (1) agroteknis, (2) ekonomis, (3) sosial, dan (4) pemasaran.
·      Penerapan Teknologi Budidaya Yang Sesuai
Penyiapan lahan adalah kegiatan penebasan dan atau pembersihan rerumputan serta pengolahan tanah, yang ditujukan agar lahan menjadi rata dan lebih seragam serta memberikan media tumbuh yang baik bagi perakaran tanaman. Gulma, hama dan penyakit merupakan masalah dalam pengembangan usahatani tanaman di lahan rawa pasang surut. Gulma atau rerumputan di lahan rawa pasang surut tumbuh subur dan berkembang cepat. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan penyiangan (manual) atau dengan aplikasi herbisida efektif, maupun kombinasi keduanya. Hama utama tanaman khususnya padi adalah tikus dan penggerek batang padi putih serta ulat daun dan buah untuk sayuran. Serangan hama tikus umumnya terjadi pada saat tanaman memasuki fase bunting, sehingga upaya pengendalian dini sangat bermanfaat dalam menurunkan populasi tikus. Pada dasarnya pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu menggunakan teknologi PHT melalui penggunaan varietas tahan, musuh alami, penerapan teknik budidaya yang baik dan sanitasi lingkungan sedangkan penggunaan pestisida kimiawi dilakukan sebagai tindakan terakhir. Untuk menunjang keberhasilan pengendalian hama dan penyakit ini sangat diperlukan partisipasi aktif petani dan dukungan aparat pemerintah serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai.



                                                                                                                                    II.          TINJAUAN PUSTAKA
A.  Kondisi Umum
Kawasan KTM Telang dilalui dan dikelilingi oleh sungai-sungai besar, antara lain Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Telang, Sungai Sebalik, dan Sungai Gasing. Selain sungai-sungai tersebut, di Kawasan KTM Telang juga terdapat banyak saluran yang sengaja dibuat untuk kepentingan drainase lahan pertanian pasang surut. Pada umumnya jaringan tata air (sistem drainase) yang terdapat di Kawasan KTM Telang adalah sistem grid ganda (double-grid system) yang dirancang oleh LAPIITB pada tahun 1976. Sistem ini didasarkan pada sistem drainase saluran terbuka (open system) dengan menggunakan saluran primer sebagai saluran navigasi yang berhubungan langsung ke sungai utama. Jarak antara saluran primer yaitu 8.000 m. Tegak lurus dengan saluran primer terdapat saluran sekunder yang berhubungan langsung dengan saluran primer, jarak antara saluran sekunder adalah 1.150 m.  Saluran sekunder pemberi yang melintasi perkampungan dinamakan Saluran Perdesaan (SPD) dan saluran pembuangan dinamakan Saluran Drainase Utama (SDU) yang berada di batas lahan usaha II. Saluran tersier dibangun untuk mengalirkan atau membuang air dari dan ke saluran sekunder.  Sistem tata air di Kawasan KTM Telang dirancang berdasarkan konsep aliran satu arah (one way flow system) dimana air pasang masuk melalui saluran primer dan terus ke saluran sekunder pemberi (SPD) dan masuk ke saluran tersier pemberi yang akhirnya mengaliri lahan usaha tani.
1.    Sarana Prasarana
Sarana yang digunakan di daerah pasang surut ini menggunakan fasilitas pribadi namun ada juga bantuan dari pihak pemerintah dari segi pemupukan itu kebanyakan petani menggunakan pupuk subsidi diantaranya Urea subsidi, KCL subsidi dan sebagainya dan dari alat pengangkut hasil panen itu menggunakan truk.
Kondisi jalan yang ada jauh dari pusat kota kira kira 70 KM dari pusat kota sehingga perlu adanya sarana jalan yang bagus untuk mempermuda kinerja petani, sedangkan pada kebun kelapa yang ada sarana yang digunakan yaitu berupa saluran air yang mana saluran air ini difungsikan untuk membawa buah kelapa sampai dipenampungan dengan aliran air yang mengalir yang disebabkan oleh pasang surutnya air laut, saliuran ini dibuat oleh masyarakat sekitar dengan bergotongroyong mayoritas masyarakat didaerah tersebut ialah orang Bugis yang merupakantransmigrasi dari Sulawesi. Dan dari perkebunan kelapa sawit, kebanyakan milik prusahaan Swasta sehingga penggelolaanyapun bagus dan teratu karena pemiliknya memiliki banyak modal untuk mengembangkannya berbeda dengan petani padi mereka hanya menanam kelapa sawit hanya seadanya disekitar sawah mereka, namun ada pulayang mengganti lahan mereka dengan tanaman kelapa sawit.
2.    Saluran Air
Prinsip penting yang harus diterapkan jika akan berhasil bertani di lahan rawa adalah pengelolaan air atau sering disebut tata air  bukan hanya dimaksudkan untuk menghindari terjadinya banjir atau genangan yang berlebihan di musim hujan. Juga harus dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di musim kemarau.Selain itu, juga untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat masam dan lahan gambut.  Ada tiga jenis tata air untuk lahan rawa yaitu tata air makro, tata air mikro, dan tata air dalam lahan pertanaman. Seluruhnya terkait satu sama lainnya dan dilakukan pengelolaan dalam suatu kawasan yang luas.
Oleh karena kawasannya yang luas, maka pembangunan dan pemeliharaannya harus dilaksanakan secara kolektif.
·      Tata air makro
Lahan rawa memerlukan tata air makro dengan membuat saluran drainase dan irigasi yang terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier.
Saluran drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu kawasan ke luar lokasi. Sebaliknya saluran irigasi dibuat untuk menyalurkan air dari luar lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban tanah atau mencuci senyawa-senyawa beracun.
Oleh sebab itu, pembuatan saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan saluran irigasi.
Selain itu, perlu dibangun tanggul penangkis banjir di sepanjang saluran karena drainase saja sering tidak mampu mengatasi luapan air musim hujan. 
Kemudian diperlukan waduk retarder atau chek dam yaitu waduk yang dibuat di lahan rawa lebak atau lebak peralihan. Fungsi waduk ini untuk menampung air di musim hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan di musim kemarau.(Teguh nasa 2012).
Selain itu, juga diperlukan  saluran intersepsi yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan rawa. Letaknya pada perbatasan antara lahan kering dan lahan rawa. Saluran ini sering dibuat cukup panjang dan lebar sehingga menyerupai waduk panjang. Apabila ada kelebihan air akan disalurkan melalui bagian hilir ke sungai sebagai air irigasi.
·      Tata air mikro
Tata air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini, pengelolaan air dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan saluran kuarter dan saluran lain yang lebih kecil.
Saluran tersier umumnya dibangun oleh pemerintah tetapi pengelolaannya diserahkan kepada petani.
Pengelolaan air di tingkat petani bertujuan untuk mengatur agar setiap petani memperoleh air irigasi dan membuang air drainase secara adil. Untuk itu diperlukan organisasi di tingkat desa. Kemudian, pengelolaan di tingkat petani juga menciptakan kelembaban tanah di lahan seoptimal mungkin bagi pertumbuhan tanaman serta mencegah kekeringan lahan sulfat asam dan lahan gambut.
·      Tata air dalam lahan pertanaman
Kuarter merupakan saluran di luar pertanaman yang paling kecil. Di dalam lahan, dibuat saluran drainase intensif yang terdiri dari saluran kolektor dan saluran cacing. Pengaturan lahan dapat ditata dengan sistem caren dan surjan. Pada sistem ini saluran drainase intensif dibuat setelah selesai pembuatan Sedangkan, pada lahan yang ditata dengan sistem sawah dan tegalan, pembuatan saluran setelah pengolahan tanah.
Saluran kolektor dibuat mengelilingi lahan. Untuk saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran irigasi diberi pintu pada bagian hulu. Sedangkan saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran drainase diberi pintu pada bagian hilir. 
Pintu cukup dibuat dengan cara menggali tanggul dan dapat ditutup sewaktu-waktu dengan cara menimbun kembali. Sedangkan posisi saluran cacing sebaiknya dibuat tegak lurus dengan saluran kolektor. Air merupakan unsur penting bagi tanaman. Di samping berfungsi langsung dalam proses pertumbuhan, air juga berfungsi dalam mengendalikan gulma, mencuci senyawa-senyawa beracun, dan menyuplai unsur hara.

B.  Aspek Budidaya
·      Tanaman Padi
Masyarakat didaerah pasang surut kebanyakan menanam tanam padi dengan sistem tabela atau tebar langsung memang memberikan beberapa keunggulan atau kelebihan dari cara tanam konvensional karena lebih efisien, namun disisi lain ternyata kurang cocok bila dilakukan saat musim penghujan. Bahkan disinyalir turut menumbuhkan biji gulma untuk tumbuh lebih awal sehingga mendorong gulma tumbuh cepat. Maka pemilihan herbisida yang selektif dan efektif mutlak dibutuhkan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma tersebut. Setelah penanaman maka dilakukan pemupukan dan trakhir tingal lah proses perawaan serta penangulangan hama.
·      Tanaman kelapa
Pembibitan
Untuk pembibitan sendiri, pekebun sebaiknya memilih bibit kelapa hibrida jenis unggul agar produksi buah lebih cepat dan optimal. Persiapan benih dilakukan secara bertahap selama 5-12 bulan sebelum masa tanam yang ditentukan. Bibit yang siap dipindahkan ke lahan tanam adalah bibit yang sudah berusia 5-8 bulan.
Pembuatan Lubang Tanam
Ajir dipasang sepanjang pematang sebagai penanda untuk pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan. Dalam teknik budidaya kelapa hibrida, jarak tanam yang ideal adalah 5 x 6 meter atau 4 x 7 meter. Lubang tanam digali satu bulan sebelum penanaman bibit dengan ukuran 40 x 40 x 50 cm. Ukuran lubang tanam ini bisa disesuaikan dengan berat tanah.
Penyesuaian Lubang Tanah
Tanah yang lebih berat membutuhkan lubang tanam yang lebih besar sebaliknya tanah yang lebih ringan membtutuhkan ukuran lubang tanam yang lebih kecil. Sebelum bibit bisa ditanam, 2-4 minggu sebelumnya lubang tanam tersebut perlu ditimbun dengan campuran tanah dan 20 kg pupuk organik maupun pupuk lain sesuai kebutuhan. Barulah bibit bisa ditanam di lubang tanam tersebut dengan cara tanam sedalam 10 cm dari permukaan tanah.
Pemeliharaan Tanaman
Gulma merupakan gangguan besar bagi tanaman kelapa hibrida sehingga dalam teknik menanam kelapa hibrida yang baik, pengendalian gulma perlu dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Gulma perlu dikendalikan setiap dua bulan dengan radius satu meter untuk tanaman kelapa yang masih muda dan radius dua meter untuk tanaman kelapa dewasa.
Pemupukan
Dalam setiap detail cara menanam kelapa hibrida, ada beberapa pemupukan yang diperlukan, tetapi pemupukan ini hanya dilakukan selama dua kali dalam satu tahun. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan dengan jumlah pemberian masing-masing pohonnya 100-400 gram pupuk TSP, 500-700 gram pupuk urea, dan 600 gram – 1 kg KCL. Ada tips yang tidak boleh dilupakan yakni pemberian pupuk secara melingkar dengan radius satu meter dari tanaman kelapa yang masih muda dan radius dua meter untuk tanaman dewasa sedalam 15 sentimeter.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pekebun juga perlu awas terhadap serangan beberapa hama pengganggu seperti cendawan Phytophthora yang menyebabkan penyakit busuk tanaman dan bisa dikendalikan dengan fungisida Alliete yang diinjeksikan lewat akar. Selain itu, ada pula hama kumbang penggerek pucuk yang bisa dikendalikan secara alami dengan cendawan Baculvirus dan Metharizium.
·      Tanaman kelapa sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
1. Iklim
§  Lama penyinaran matahari berkisar 5-7 jam/hari.
§  Curah hujan tahunan rata-rata 1.500-4.000 mm.
§  Temperatur optimal pada 24-280 C.
§  Ketinggian tempat yang ideal diantara 1-500 mdpl.
§  Kecepatan angin rata-rata 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2. Media Tanam
§  Tanah yang baik yang mengandung banyak lempung, mempunyai aerasi yang baik dan juga subur.
§  Memiliki sistem drainase yang baik, permukaan air tanahnya cukup dalam, solum juga cukup dalam (80 cm), pH 4-6, dan tanahnya pun tidak berbatu.
§  Tanah Latosol, Aluvial dan Ultisol, tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai juga dapat dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit

Teknik Penanaman Kelapa Sawit
·                     Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
·                     Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
·      Cara Penanaman
Menurut Teguh Nasa  2012. Pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA. Adapun cara penggunaan SUPERNASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
·      Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
·      Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
·       Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
·      Pemupukan
Dilakukan dengan analisis daun dan tanah terlebih dahulu, baru bisa menentikan dosisnya.
C.  Faktor Yang Mempengaruhi Budidaya
Faktor yang mempengaruhi dalam budidaya dilahan pasang surut ialah
·      Kondisi Lahan
Kondisi dan karakteristik fisik lahan  rawa merupakan lahan yang tidak normal karena banyak faktor pembatas, diantaranya:
·      Gambut
Umumnya kondisi gambut tebal hingga kedalaman 3 – 5 m dimana nilai keasaman sangat tinggi (pH<4) sehingga unsur hara yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman sangat minim atau terbatas.
·      Kondisi Pirit
Umumnya kondisi pirit adalah dangkal sehingga jika teroksidasi dengan udara akan menjadi racun bagi tanaman.
·      Salinitas/ Intrusi Air Laut
Perilaku pasang surut air laut berdampak pada masuknya air asin di lahan, terutama di daerah pesisir atau berdekatan dengan laut/selat.
·      Hidrotopografi Lahan
Kondisi topografi umumnya adalah datar sehingga pada musim kemarau, air sungai turun dan tanaman banyak yang mati. Pada musim hujan jika terjadi banjir, air sungai naik menggenangi lahan.
Menurut Soekartawi (2002), istilah faktor produksi sering pula disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi tersebut berupa lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan sebagainya (Daniel, 2002).










                                                                                                                    III.          METODOLOGI PRAKTIKUM
A.  Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Pengelolaan Tanaman Budidaya Dilahan Rawa Pasang Surut ini dilaksanakan di desa suka tani dan desa karang anyar kecamatan Tanjung lago kabupaten Banyuasin.
Dilaksanakan pada hari minggu tanggal 23 november 2014 dari jam 08 : 00 sampai dengan selesai.

B.  Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pengelolaan tanaman budidaya dilahan rawa pasang surut ialah 1. SPAD, 2. Ph meter, 3. GPS, dan 4. Oxsigen.
Bahan yang digunakan adalah 1. Sample tanah, 2. Daun tanaman 3. Sample air.

C.  Survai Primer dan Skunder
Analisis Usaha Tani
a.    Kegiatan tanya jawab dengan petani yang ada di Desa Telang Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, tentang sistem pertanian di daerah tersebut.
b.    Catat hal yang penting dan sesuaikan dengan teori budidaya tanaman padi yang ada.
c.    Dokumentasikan kegiatan.







                                                                                                                       IV.          HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Data Hasil Analisis Usaha Tani
No
Jenis kuisioner
Hasil kuisioner
1.
Sistem pola tanam padi
Sistem TABELA dengan pagar taman kelapa sawit
2.
Pengelolaan lahan
Hand traktor
3.
Pupuk
Urea, KCl, Phonska
4.
Jenis pestisida
Insektisida
5.
Hasil produksi
6400 kg/ha
6.
Sifat tanah
Lempung liat berpasir pH 4,6 BO <10 %
7.
Varietas padi yang digunakan
TW
8.
Panen
120 hari
9.
Jumlah benih yang digunakan 1 ha
60 kg
10.
Kendala
Pengairan, hama, musim

Data Hasil  Tanaman Kelapa
No
Jenis pengamatan
Hasil pengamatn
1.
Sistem panen
Memanfaatkan  parit
2.
Jenis lahan
Gambut
3.
Kendala
Hama Oryctes

Data Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Pasang Surut
No
Jenis pengamatan
Hasil pengamatn
1.
Lahan
Rawa pasang surut
2.
pH
4,6
3.
Pengelolaan
Terintegrasi
B.  Pembahasan
a.    Sawah
Padi yang ditanam oleh pak Ngatijan ini didaerah pasang surut tipe B yaitu didaerah Tanjung lago yang merupakan daerah transmigrasi masyarakat jawa, namun didaerah ini banyak juga para petani yang mengalih fungsikan lahan mereka menjadi lahan perkebunan sawit.  Berbeda halnya dengan pak Ngatijan, beliau masih memanfaatkan lahanya untuk menanam padi dan juga menanam kelapa sawit, dalam satu hektar pak Ngatijan menanam sawit sebanyak 40 pohon dengan system pagar dan didalamnya dapat dibudidayakan padi pada saat musim hujan tiba dan bisa juga dibudidayakan tanaman jaguang.
Lahan pak Ngatijan ini di apit oleh dua sungai yaitu sungai musi dan sungai Ngatijan kata pak Umar, sungai yang ada tersebut akan meluap tinggi pada sampi 3-4 bulan, sedangkan kondisi PH yang ada di daerah tersebut ialah 4,6 dengan demikian kondisi PH yang masam maka perlu perospek budidaya yang baik supaya didapatkan hasil yang memuaskan, jenis tanah yaitu lempung liat berpasir, dengan kondisi yang sedemikian rupa maka daerah tersebut cocok untuk dibudidayakan tanaman padi, dan kondisi kapasitas tukar kation nya yaitu rendah.
Pak Ngatijan berbudidaya tanaman padi dengan system Tabela, dalam satu hektar pak Ngatijan memerluhkan benih sebanyak 60 kilogram. Kelemahan dari berbudidaya dengan system Tabela ini iyalah Banyak memerlukan benih, sehingga pemakaian benih terlalu berlebihan, namun dari segi waktu menghemat waktu dalam penanaman. Dilahan tersebut penanaman kelapa sawit memiliki tiga macam pola penanaman yaitu pola sejajar yang bisa ditanam sebanyak 50 pohon dalam satu Ha, pola pagar yang ditanam sebanyak 40 pohon dalam satu Ha, dan dengan pola tengah yang pada saat ini masih dalam proses uji coba.
Pak Ngatijan menanam padi dengan varietas Tw (Winata) yang merupakan varietas local varietas ini tahan terhadap tanah masam sehingga cocok untuk dibudidayakan didaerah ini yang memiliki Ph tanah yaitu 4,6, varietas Tw ini juga tahan terhadap hama kepinding yang mana hama ini datang bersamaan dengan pasang nya air. Cirri tanaman yang terserang lembing batu yaitu padi berwarna kuning dan cara mengatasinya yaitu dengan insektisida sistemik, dan apabila hal ini tidak dikendalikan maka kemungkinan gagal panen sangatlah besar.
Dalam proses budidaya PakNgatijan mengaplikasikan pemupukan awal dengan 50 kg urea dan dicampur dengan KCl 25 kg per Ha nya dan disemprot dengan eli sebanyak 4 bungkus, pada pemupukan ke dua yaitu dengan pupuk posca sebanyak 100 kg. dan penyemprotan dengan menggunakan insektisida digunakan rogen, agadi decis dll untuk mengendalikan hama yang menyerang umur 40 hari merupakan pemupukan terakhir. Dan setelah itu tinggal peroses perawatan.
Pada  saat musim panen yaitu hasil yang didapatkan adalah 80 karung yang setiap karungnya berkapasitas 80 kg. dalam satu Hektarnya. Jadi setiap musim panen bisa mendapatkan sekitar 6 ton lebih gabah beras. Panen yang paling banyak didapatkan pak Ngatijan yaitu dengan menggunakan varietas IR 42 yang mana pada saat itu pak Ngatijan menanam sehabis penanaman jagung di lahanya, kemungkinan halite dapat terjadi karena masih adanya sisa pupuk yang banyak setelah tanam jagung sehingga berpengaruh pada penanaman selanjutnya. Hama yang sering menyerang lahan pak Ngatijan ialah tikus dan babi.

b.    Kebun Kelapa
Kelapa merupakan tanaman tanaman tahunah yang pertumbuhanya sangat bagus didaerah pasang surut, namun akhir –akhir ini tanaman kelapa banyak saingan dari komonditas tanman kelapa sawit sehingga banyak petani didaerah tanjung lago menganti tanaman mereka dengan kelapa sawit. Pada kunjungan yang kedua ini kami mengunjungi desa Karang Anyar kecamatan tanjung lago kabupaten Banyuasin Sumatra selatan di daerah ini perkebunan kelapa memiliki Luas lahan sekitar 2700 ribu hektar dengan sedemikian luasnya lahan yang ada maka masyarakat didaerahini membangun kanal kanal berukuran besar yang berfungsi untuk saluran irigasi selain itu juga digunakan untuk pengangkutan buah kelapa dari kebun menuju penampungan.
Dengan dibuatnya kanal kanal untuk mengangkut hasil panen maka hal ini sangat lah membantu, karena saluran air yang dibuat hanya satu maka penggunaanya pun secara bergantian dengan perjanjian antar masyarakat misalnya pada hari pertama yang memanen adalah orang A maka hari kedua nya adalah orang B demikian juga seterusnya tinggal member tahu dengan masyarakat sekitarnya. Buah yang terdapat dalam satu tanaman kelapa bisa mencapai 36 buah dalam satu tandan terdapat 7-8 buah, tinggi tanaman kelapa yang terdapat di desa Karang Anyar sudah mencapai tinggi kira- kira 15 m, jenis kelapanya yaitu kelapa dalam, kelapa dalam ini banyak dijadikan sebagai kopra yang di ambil minyak nya dan bisa juga untuk dimakan, kebanyakan kelapa di kirim kedaerah palembang dalam bentuk sudah di kupas dari serabutnya, namun apabila untuk di ekspor ke luar negi masih dalam keadaan buah segar / dalam keadaan utuh hal ini dilakaukan supaya kelapa tidak busuk saat dalam pengiriman.
Kebanyakan tanaman kelapa yang ada didesa Karang Anyar berbentuk bengkok atau condong hal ini karena perakaran tidak kuat untuk menahan beban  hal ini dapat mempengaruhi produktifitas dari tanaman kelapa itu sendiri, pemanenan kelapa dilakukan tiga bulan sekali.

c.    Kebun kelapa sawit
Tanaman kelapa merupakan tanaman tahunan yang tumbuh subur di berbagai tempat, tanaman kelapa sawit yang terdapat didaerh telang ini kebanyakan milik prusahaan swasta, dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya didaerah pasang surut harus lah memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, supaya penanaman berlangsung dengan bagus maka dibuat lah kanal atau sluran air yang berfungsi untuk menampung air supaya tidak mengenagi tanaman sawit.
Didaerah telang perkebunan kelapa sawit ini telah mengalami pencucian yang dicirikan dengan kondisi akenampakan air nyayang sudah jerih, kebanyakan perkebuanan yang ada milik swasta sehingga pembuatan atau pembukaan lahan sudah terencana sedemikian rupa sehingga pertumbuhan kelapa sangat bagus terutama pada saat musim kemarau tanamn yang ada tidak mengalami water divisit yang dicirikan dengan pelepah patah.
Tanaman kelapa sawit yang ada di perkebunan merupakan varietas dari Sriwijaya 3, yang dicirikan pelepah pendek dan daun pendek pula, dengan demikian maka keadaan perkebunan kelapa sawit ini sangatla bagus . kelemahan tanamn kelapa sawit yang ada didaerah pasang surut ialah adanya gulma, gulma susah dikendalikan karena kondisi lingkungan yang kebanyakan tergenang sehingga pado kondisi ini gulma sangat mudah tumbuh berbeda halnya dengan di perkebunan yang tidak terletak didaerah pasang surut yang pengendalian gulmanya mudah di atasi terutama dalam pemeliharaan piringan tanamn untuk pemupukan.




















                                                                                                                         V.          KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum tentang Pengelolaan Tanaman Budidaya Dilahan Rawa Pasang Surut adalah sebagai berikut :
1.    Penanaman padi di Desa Suka Tani, Kecamatan Tanjung Lago menggunakan sistem TABELA (Tanam Benih Langsung).
2.    Penanaman padi disawah diiringi dengan penanaman kelapa sawit dengan system tanaman pagar.
3.    Lahan pasang surut merupakan lahan yang genangan air nya di pengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
4.    Tanaman kelapa sawit bisa dibudidayakan di daerah pasang surut dengan penglolaan tata air dengan pembuatan saluran drainase.
5.    Kelapa merupakan tanaman yang dibudidayakan didaerah pasang surut sejak dahulu.
6.    Tipe tanah yang terdapat di daerah tanjung lago ialah lempung liat berpasir, dan Ph tanah 4,6.


B.  Saran
Dalam praktikum pengelolaan tanaman budidaya dilahan rawa pasang surut hendaknya sebelum praktikum dilaksanakan terlebih dahulu diadakan konsultasi terhadap masyarakat sekitar supaya masyarakat dapat mempersiapkan terlebih dahuluapbila ada kunjungan dari pihak mahasiswa supaya masyarakat dan mahasiswa dapat saling bertukar ilmu atau pengalaman tentang berbudidaya dilahan pasang surut.



DAFTAR PUSTAKA
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Elfis,2010. ekosistem rawa lebak dan pasang surut gajah mada. Penerbit UI Press, Jakarta.

Hernanto, F. 2010. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Http://1001budidaya.com/budidaya-kelapa-hibrida/diakses pada tanggal 25november    2014.


Nappu, B., dkk. 2003. Analisis Kebijakan Strategis dalam Mendukung Sistem Usahatani Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sebakung Kalimantan Timur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 6:81-94.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). PT. Raja  Grafindo Persada, Jakarta.

Teguh nasa 2012, budidaya tanaman, teknik budidaya dan tata kelola air. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.






LAMPIRAN
    
     GPS untuk melihat letak lokasi                SPAD alat untuk mengukur klorofil daun
   ] Padi yang di tebar dan telah tumbuh                  saluran air yang terdapat pada sawah
     
Saluran air untuk pengankutan kelapa             tanaman kelapa didaerah pasang surut
    
Tanaman sawit yang ditanam didaerah            saluran drainase pada lahan perkebunan

                  pasang surut                                                    kelapa sawit