LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LAHAN RAWA LEBAK DAN RAWA PASANG SURUT
“Pengelolaan Tanaman Budidaya Dilahan Rawa Pasang Surut"
KHAYATU KHOIRI
05121407020
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM LAHAN RAWA LEBAK DAN PASANG SURUT
NAMA : Khayatu Khoiri Hari/tanggal : 23
November 2014
NIM :
05121407020
ASISTEN :
KELAS : Agroekoteknologi Palembang 1. Ulfira Yuniarti
JUDUL : Pengelolaan Tanaman Budidaya 2. Amalia Rochima Putri
Dilahan Rawa Pasang Surut 3.
Jansen T. Lingga
4.
Torang G. Tampubolon
5.
Dany Setiawan
6.
Elvran
I.
PENDAHULUAN
A.
Ekosistem Rawa
Ekosistem adalah
suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem
bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus
materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Organisme
akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organism juga mempengaruhi
lingkungan fisik untuk keperluan hidup(Wikipedia). Begitu juga menurut
Undang–Undang Lingkungan Hidup (UULH) 1982, yang mengatakan bahwa ekosistem
adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi. Suatu
ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya
sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem
dalam waktu tertentu (elfis,2010).
Suatu
ekosistem di katakan dalam keaadan seimbang apabila komposisi di antara
komponen - komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang
seimbang,keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat
terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan
ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan
tindakan manusia. (Wikipedia, 2009)
B.
Pengelolaan Rawa Pasang Surut
· Pengelolaan Air
Sistem
pengelolaan air yang sesuai di lahan pasang surut adalah sistem satu arah pada
lahan-lahan tipe A dan B, dan sistem konservasi pada lahan tipe C dan D. Secara
specifik pengelolaan air di lahan pasang surut bertujuan untuk : (1) Memenuhi
kebutuhan air pada penyiapan lahan, (2) Memenuhi kebutuhan air untuk
pertumbuhan tanaman, (3) Memberikan suasana kelembaban yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman dengan mengatur tinggi muka air tanah, (4) Memperbaiki
sifat fisiko-kimia tanah dengan cara mencuci zat-zat yang bersifat meracun bagi
tanaman, (5) Mengurangi semaksimal mungkin terjadinya oksidasi pirit pada tanah
sulfat; (6) Mencegah terjadinya proses kering tak balik pada gambut, (7)
Mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence) terlalu cepat; dan
(8) Mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.(Hernanto,2010)
Penerapan
sistem tata air satu arah pada lahan tipe luapan A dan B dapat dilakukan dengan
menggunakan pintu air otomatis pada tingkat saluran sekunder/ tersier yang
berfungsi untuk memisahkan fungsi saluran antara sekunder/tersier untuk saluran
irigasi dan untuk saluran drainase. Air masuk pada saat pasang masuk melalui
saluran irigasi dengan mendorong pintu air otomatis, sementara pintu pada
saluran sekunder/tersier drainase akan tertutup. Sebaliknya pada saat air
surut, pintu air pada saluran sekunder/tersier irigasi akan tertutup akibat
dorongan air balik, sementara pada saluran sekunder/tersier drainase arus air
balik akan mendorong pintu air menjadi terbuka sehingga air bebas keluar.
Dengan demikian sirkulasi air pada tingkat lahan pertanaman dan pencucian dapat
berlangsung dengan baik. (Nappu, B., dkk.
2003).
· Penataan Lahan
Guna
mengoptimalkan pengembangan lahan rawa pasng surut untuk usaha pertanian yang
sekaligus meningkatkan diversifikasi hasil pertanian dan pendapatan, maka perlu
dilakukan penataan lahan.? Adapun tujuan penataan lahan adalah untuk : (1)
mengurangi resiko kegagalan total dalam usaha tani; (2) meningkatkan keragaman
usaha tani melalui difersifikasi tanaman; (3) meningkatkan pendapatan usaha
tani melalui difersifikasi tanaman; (4) mempertahankan kesuburan tanah.
Penataan lahan di lahan rawa pasang surut dapat dilakukan berdasarkan
kepentingan dan keadaan tipologi lahan.
Dikenal
ada 4 model penataan lahan, yaitu (1) sistem sawah; (2) Sawah Surjan; (3) Sawah Tukungan; dan (4) tegalan/kebun. Jenis
penataan lahan yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan tipe luapan dan
tipologi lahan. Penataan lahan dengan sistem sawah dianjurkan untuk lahan-lahan
yang termasuk dalam tipe luapan A atau dekat dengan muara sungai dimana luapan
pasang baik pasang besar (pasang tunggal) maupun pasang kecil (pasang ganda)
terasa hingga lahan pertanaman atau pada lahan dengan kedalaman pirit dngkal
(< 50 cm).
Penataan
lahan dengan sistem Sawah Surjan dianjurkan
pada lahan baik tipe luapan A, B, dan C dengan catatan memiliki kedalaman pirit
> 60 cm. Surjan dibuat dengan cara meninggikan sebagian lahan dengan
menggali atau mengeruk tanah di sekitarnya. Bagian lahan yang ditinggikan
disebut tembokan (raise beds), sedang wilayah yang digali atau di bawah disebut
tabukan (sunkens beds). Lebar tembokan dibuat sekitar 2-3 m dan tinggi
0,50-0,75 m, sedangkan tabukan dibuat dengan lebar 8-15 m. Pada sisi kiri dan
kanan surjan sebaiknya dibuat saluran dengan lebar 0,5 m dan kedalaman 0,5 m
yang akan berfungsi menjaga kelembaban surjan atau tempat pengambilan air untuk
menyiram tanaman disurjan pada saat diperlukan. Setiap hektar lahan dapat
dibuat sekitar 6-10 tembokan (sekitar 0,06 -
0,12 % total lahan) dan 5-9 tabukan.
· Pemilihan
Komoditas adaptif dan prospektif
Dengan
penerapan sistem tata air dan penataaan lahan yang sesuai, lahan rawa pasang
surut tidak hanya dapat diperuntukan untuk tanaman padi, namun berbagai
komoditas dapat dikembangkan. Penganekaragam komoditas dapat dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan dan mengurangi resiko kegagalan usahatani. Namun
demikian sebelum memilih/ menetapkan komoditas yang akan diusahakan, setidaknya
ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan agar komoditas yang diusahakan
dapat berproduksi secara optimal dan memiliki nialai jual yang cukup tinggi.
Adapun ke empat pertimbangan dimaksud adalah (1) agroteknis, (2) ekonomis, (3)
sosial, dan (4) pemasaran.
· Penerapan
Teknologi Budidaya Yang Sesuai
Penyiapan
lahan adalah kegiatan penebasan dan atau pembersihan rerumputan serta pengolahan
tanah, yang ditujukan agar lahan menjadi rata dan lebih seragam serta
memberikan media tumbuh yang baik bagi perakaran tanaman.
Gulma, hama dan penyakit merupakan masalah dalam pengembangan usahatani tanaman
di lahan rawa pasang surut. Gulma atau rerumputan di lahan rawa pasang surut
tumbuh subur dan berkembang cepat. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan
penyiangan (manual) atau dengan aplikasi herbisida efektif, maupun kombinasi
keduanya. Hama utama tanaman khususnya padi adalah tikus dan penggerek batang
padi putih serta ulat daun dan buah untuk sayuran. Serangan hama tikus umumnya
terjadi pada saat tanaman memasuki fase bunting, sehingga upaya pengendalian
dini sangat bermanfaat dalam menurunkan populasi tikus. Pada dasarnya
pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu menggunakan teknologi
PHT melalui penggunaan varietas tahan, musuh alami, penerapan teknik budidaya
yang baik dan sanitasi lingkungan sedangkan penggunaan pestisida kimiawi
dilakukan sebagai tindakan terakhir. Untuk menunjang keberhasilan pengendalian
hama dan penyakit ini sangat diperlukan partisipasi aktif petani dan dukungan
aparat pemerintah serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kondisi Umum
Kawasan KTM Telang
dilalui dan dikelilingi oleh sungai-sungai besar, antara lain Sungai Musi,
Sungai Banyuasin, Sungai Telang, Sungai Sebalik, dan Sungai Gasing. Selain
sungai-sungai tersebut, di Kawasan KTM Telang juga terdapat banyak saluran yang
sengaja dibuat untuk kepentingan drainase lahan pertanian pasang surut. Pada
umumnya jaringan tata air (sistem drainase) yang terdapat di Kawasan KTM Telang
adalah sistem grid ganda (double-grid system) yang dirancang oleh LAPIITB pada
tahun 1976. Sistem ini didasarkan pada sistem drainase saluran terbuka (open
system) dengan menggunakan saluran primer sebagai saluran navigasi yang
berhubungan langsung ke sungai utama. Jarak antara saluran primer yaitu 8.000
m. Tegak lurus dengan saluran primer terdapat saluran sekunder yang berhubungan
langsung dengan saluran primer, jarak antara saluran sekunder adalah 1.150
m. Saluran sekunder pemberi yang melintasi perkampungan dinamakan
Saluran Perdesaan (SPD) dan saluran pembuangan dinamakan Saluran Drainase Utama
(SDU) yang berada di batas lahan usaha II. Saluran
tersier dibangun untuk mengalirkan atau membuang air dari dan ke saluran
sekunder. Sistem tata air di Kawasan KTM Telang dirancang berdasarkan
konsep aliran satu arah (one way flow system) dimana air pasang masuk melalui
saluran primer dan terus ke saluran sekunder pemberi (SPD) dan masuk ke saluran
tersier pemberi yang akhirnya mengaliri lahan usaha tani.
1.
Sarana Prasarana
Sarana yang digunakan di daerah pasang surut ini
menggunakan fasilitas pribadi namun ada juga bantuan dari pihak pemerintah dari
segi pemupukan itu kebanyakan petani menggunakan pupuk subsidi diantaranya Urea
subsidi, KCL subsidi dan sebagainya dan dari alat pengangkut hasil panen itu
menggunakan truk.
Kondisi jalan yang ada jauh dari pusat kota kira
kira 70 KM dari pusat kota sehingga perlu adanya sarana jalan yang bagus untuk
mempermuda kinerja petani, sedangkan pada kebun kelapa yang ada sarana yang
digunakan yaitu berupa saluran air yang mana saluran air ini difungsikan untuk
membawa buah kelapa sampai dipenampungan dengan aliran air yang mengalir yang
disebabkan oleh pasang surutnya air laut, saliuran ini dibuat oleh masyarakat
sekitar dengan bergotongroyong mayoritas masyarakat didaerah tersebut ialah
orang Bugis yang merupakantransmigrasi dari Sulawesi. Dan dari perkebunan
kelapa sawit, kebanyakan milik prusahaan Swasta sehingga penggelolaanyapun
bagus dan teratu karena pemiliknya memiliki banyak modal untuk mengembangkannya
berbeda dengan petani padi mereka hanya menanam kelapa sawit hanya seadanya
disekitar sawah mereka, namun ada pulayang mengganti lahan mereka dengan
tanaman kelapa sawit.
2.
Saluran Air
Prinsip
penting yang harus diterapkan jika akan berhasil bertani di lahan rawa adalah
pengelolaan air atau sering disebut tata air bukan hanya dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya banjir atau genangan yang berlebihan di musim
hujan. Juga harus dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di musim
kemarau.Selain itu, juga untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat masam
dan lahan gambut. Ada tiga jenis tata air untuk lahan rawa yaitu tata air
makro, tata air mikro, dan tata air dalam lahan pertanaman. Seluruhnya terkait
satu sama lainnya dan dilakukan pengelolaan dalam suatu kawasan yang luas.
Oleh
karena kawasannya yang luas, maka pembangunan dan pemeliharaannya harus
dilaksanakan secara kolektif.
· Tata air makro
Lahan
rawa memerlukan tata air makro dengan membuat saluran drainase dan irigasi yang
terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier.
Saluran
drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu
kawasan ke luar lokasi. Sebaliknya saluran irigasi dibuat untuk menyalurkan air
dari luar lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban tanah atau mencuci
senyawa-senyawa beracun.
Oleh sebab itu,
pembuatan saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan saluran irigasi.
Selain
itu, perlu dibangun tanggul penangkis banjir di sepanjang saluran karena
drainase saja sering tidak mampu mengatasi luapan air musim hujan.
Kemudian
diperlukan waduk retarder atau chek dam yaitu waduk yang dibuat di lahan rawa
lebak atau lebak peralihan. Fungsi waduk ini untuk menampung air di musim
hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan di musim
kemarau.(Teguh nasa 2012).
Selain
itu, juga diperlukan saluran intersepsi yang berfungsi untuk menampung
aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan rawa. Letaknya pada perbatasan
antara lahan kering dan lahan rawa. Saluran ini sering dibuat cukup panjang dan
lebar sehingga menyerupai waduk panjang. Apabila ada kelebihan air akan
disalurkan melalui bagian hilir ke sungai sebagai air irigasi.
· Tata air mikro
Tata
air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini, pengelolaan
air dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan
saluran kuarter dan saluran lain yang lebih kecil.
Saluran tersier
umumnya dibangun oleh pemerintah tetapi pengelolaannya diserahkan kepada
petani.
Pengelolaan
air di tingkat petani bertujuan untuk mengatur agar setiap petani memperoleh
air irigasi dan membuang air drainase secara adil. Untuk itu diperlukan
organisasi di tingkat desa. Kemudian, pengelolaan di tingkat petani juga
menciptakan kelembaban tanah di lahan seoptimal mungkin bagi pertumbuhan tanaman
serta mencegah kekeringan lahan sulfat asam dan lahan gambut.
· Tata air dalam
lahan pertanaman
Kuarter
merupakan saluran di luar pertanaman yang paling kecil. Di dalam lahan, dibuat
saluran drainase intensif yang terdiri dari saluran kolektor dan saluran cacing. Pengaturan
lahan dapat ditata dengan sistem caren dan surjan. Pada sistem ini saluran
drainase intensif dibuat setelah selesai pembuatan Sedangkan,
pada lahan yang ditata dengan sistem sawah dan tegalan, pembuatan saluran
setelah pengolahan tanah.
Saluran
kolektor dibuat mengelilingi lahan. Untuk saluran kolektor yang berhubungan
dengan saluran irigasi diberi pintu pada bagian hulu. Sedangkan saluran
kolektor yang berhubungan dengan saluran drainase diberi pintu pada bagian
hilir.
Pintu cukup
dibuat dengan cara menggali tanggul dan dapat ditutup sewaktu-waktu dengan cara
menimbun kembali. Sedangkan
posisi saluran cacing sebaiknya dibuat tegak lurus dengan saluran kolektor. Air
merupakan unsur penting bagi tanaman. Di samping berfungsi langsung dalam proses
pertumbuhan, air juga berfungsi dalam mengendalikan gulma, mencuci
senyawa-senyawa beracun, dan menyuplai unsur hara.
B.
Aspek Budidaya
·
Tanaman Padi
Masyarakat didaerah pasang surut kebanyakan menanam tanam padi dengan sistem tabela atau tebar langsung memang memberikan beberapa keunggulan atau kelebihan dari cara
tanam konvensional karena lebih efisien, namun disisi lain ternyata kurang
cocok bila dilakukan saat musim penghujan. Bahkan disinyalir turut menumbuhkan
biji gulma untuk tumbuh lebih awal sehingga mendorong gulma tumbuh cepat. Maka
pemilihan herbisida yang selektif dan efektif mutlak dibutuhkan untuk
mengendalikan pertumbuhan gulma tersebut. Setelah penanaman maka dilakukan pemupukan dan
trakhir tingal lah proses perawaan serta penangulangan hama.
·
Tanaman kelapa
Pembibitan
Untuk pembibitan sendiri,
pekebun sebaiknya memilih bibit kelapa hibrida jenis unggul agar produksi buah
lebih cepat dan optimal. Persiapan benih dilakukan secara bertahap selama 5-12
bulan sebelum masa tanam yang ditentukan. Bibit yang siap dipindahkan ke lahan
tanam adalah bibit yang sudah berusia 5-8 bulan.
Pembuatan
Lubang Tanam
Ajir
dipasang sepanjang pematang sebagai penanda untuk pembuatan lubang tanam sesuai
dengan jarak tanam yang sudah ditentukan. Dalam teknik
budidaya kelapa hibrida, jarak tanam yang ideal adalah 5 x 6
meter atau 4 x 7 meter. Lubang tanam digali satu bulan sebelum penanaman bibit
dengan ukuran 40 x 40 x 50 cm. Ukuran lubang tanam ini bisa disesuaikan dengan
berat tanah.
Penyesuaian
Lubang Tanah
Tanah
yang lebih berat membutuhkan lubang tanam yang lebih besar sebaliknya tanah
yang lebih ringan membtutuhkan ukuran lubang tanam yang lebih kecil. Sebelum
bibit bisa ditanam, 2-4 minggu sebelumnya lubang tanam tersebut perlu ditimbun
dengan campuran tanah dan 20 kg pupuk organik maupun pupuk lain sesuai
kebutuhan. Barulah bibit bisa ditanam di lubang tanam tersebut dengan cara
tanam sedalam 10 cm dari permukaan tanah.
Pemeliharaan
Tanaman
Gulma
merupakan gangguan besar bagi tanaman kelapa hibrida sehingga dalam teknik
menanam kelapa hibrida yang baik, pengendalian gulma perlu dilakukan untuk
memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Gulma perlu dikendalikan setiap dua bulan
dengan radius satu meter untuk tanaman kelapa yang masih muda dan radius dua
meter untuk tanaman kelapa dewasa.
Pemupukan
Dalam
setiap detail cara menanam kelapa hibrida, ada beberapa pemupukan
yang diperlukan, tetapi pemupukan ini hanya dilakukan selama dua kali dalam
satu tahun. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan dengan
jumlah pemberian masing-masing pohonnya 100-400 gram pupuk TSP, 500-700 gram
pupuk urea, dan 600 gram – 1 kg KCL. Ada tips yang tidak boleh
dilupakan yakni pemberian pupuk secara melingkar dengan radius satu meter dari
tanaman kelapa yang masih muda dan radius dua meter untuk tanaman dewasa
sedalam 15 sentimeter.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Pekebun
juga perlu awas terhadap serangan beberapa hama pengganggu seperti cendawan
Phytophthora yang menyebabkan penyakit busuk tanaman dan bisa dikendalikan
dengan fungisida Alliete yang diinjeksikan lewat akar. Selain itu, ada pula
hama kumbang penggerek pucuk yang bisa dikendalikan secara alami dengan
cendawan Baculvirus dan Metharizium.
·
Tanaman kelapa sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
1. Iklim
§
Lama penyinaran matahari berkisar 5-7 jam/hari.
§ Curah hujan tahunan rata-rata 1.500-4.000 mm.
§
Temperatur optimal pada 24-280 C.
§
Ketinggian tempat yang ideal diantara 1-500 mdpl.
§
Kecepatan angin rata-rata 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2. Media Tanam
§ Tanah yang baik yang mengandung banyak
lempung, mempunyai aerasi yang baik dan juga subur.
§ Memiliki sistem drainase yang baik, permukaan
air tanahnya cukup dalam, solum juga cukup dalam (80 cm), pH 4-6, dan tanahnya
pun tidak berbatu.
§ Tanah Latosol, Aluvial dan Ultisol, tanah
gambut, dataran pantai dan muara sungai juga dapat dijadikan lahan perkebunan
kelapa sawit
Teknik Penanaman Kelapa Sawit
·
Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
·
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
· Cara Penanaman
Menurut Teguh
Nasa 2012. Pada
awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam,
siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit
ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang
sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar
perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA
secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot
(dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA.
Adapun cara penggunaan SUPERNASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPERNASA
diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
· Pemeliharaan Tanaman
Kelapa Sawit
· Penyulaman dan
Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
· Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
· Pemupukan
Dilakukan dengan analisis daun dan tanah
terlebih dahulu, baru bisa menentikan dosisnya.
C.
Faktor Yang Mempengaruhi Budidaya
Faktor yang mempengaruhi dalam budidaya dilahan pasang
surut ialah
· Kondisi
Lahan
Kondisi dan karakteristik fisik lahan rawa merupakan lahan yang tidak normal karena banyak faktor pembatas, diantaranya:
Kondisi dan karakteristik fisik lahan rawa merupakan lahan yang tidak normal karena banyak faktor pembatas, diantaranya:
· Gambut
Umumnya kondisi gambut tebal hingga kedalaman 3 – 5 m dimana nilai keasaman sangat tinggi (pH<4) sehingga unsur hara yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman sangat minim atau terbatas.
Umumnya kondisi gambut tebal hingga kedalaman 3 – 5 m dimana nilai keasaman sangat tinggi (pH<4) sehingga unsur hara yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman sangat minim atau terbatas.
· Kondisi
Pirit
Umumnya kondisi pirit adalah dangkal sehingga jika teroksidasi dengan udara akan menjadi racun bagi tanaman.
Umumnya kondisi pirit adalah dangkal sehingga jika teroksidasi dengan udara akan menjadi racun bagi tanaman.
· Salinitas/
Intrusi Air Laut
Perilaku pasang surut air laut berdampak pada masuknya air asin di lahan, terutama di daerah pesisir atau berdekatan dengan laut/selat.
Perilaku pasang surut air laut berdampak pada masuknya air asin di lahan, terutama di daerah pesisir atau berdekatan dengan laut/selat.
· Hidrotopografi
Lahan
Kondisi topografi umumnya adalah datar sehingga pada musim kemarau, air sungai turun dan tanaman banyak yang mati. Pada musim hujan jika terjadi banjir, air sungai naik menggenangi lahan.
Kondisi topografi umumnya adalah datar sehingga pada musim kemarau, air sungai turun dan tanaman banyak yang mati. Pada musim hujan jika terjadi banjir, air sungai naik menggenangi lahan.
Menurut
Soekartawi (2002), istilah faktor produksi sering pula disebut dengan korbanan
produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan
produksi. Faktor produksi tersebut berupa lahan, tenaga kerja, modal dan
manajemen.
Biaya produksi
adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi,
atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik
secara tunai maupun tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau
bunga tanah yang berupa uang. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
berhubungan dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk
bibit, pupuk, dan sebagainya (Daniel, 2002).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Pengelolaan Tanaman Budidaya Dilahan Rawa Pasang Surut
ini dilaksanakan di desa suka tani dan desa karang anyar kecamatan Tanjung lago
kabupaten Banyuasin.
Dilaksanakan pada hari minggu tanggal 23 november
2014 dari jam 08 : 00 sampai dengan selesai.
B.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pengelolaan tanaman budidaya dilahan rawa pasang
surut ialah 1. SPAD, 2. Ph meter,
3. GPS, dan 4. Oxsigen.
Bahan yang digunakan adalah 1. Sample tanah, 2. Daun
tanaman 3. Sample air.
C.
Survai Primer dan Skunder
Analisis Usaha Tani
a. Kegiatan tanya jawab dengan petani yang ada di Desa Telang
Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, tentang sistem pertanian di daerah
tersebut.
b. Catat hal yang penting dan sesuaikan dengan teori budidaya tanaman
padi yang ada.
c. Dokumentasikan kegiatan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Data Hasil Analisis Usaha Tani
No
|
Jenis
kuisioner
|
Hasil
kuisioner
|
1.
|
Sistem pola tanam padi
|
Sistem TABELA dengan pagar taman kelapa sawit
|
2.
|
Pengelolaan lahan
|
Hand traktor
|
3.
|
Pupuk
|
Urea, KCl, Phonska
|
4.
|
Jenis pestisida
|
Insektisida
|
5.
|
Hasil produksi
|
6400 kg/ha
|
6.
|
Sifat tanah
|
Lempung liat berpasir pH 4,6 BO <10 %
|
7.
|
Varietas padi yang digunakan
|
TW
|
8.
|
Panen
|
120 hari
|
9.
|
Jumlah benih yang digunakan 1 ha
|
60 kg
|
10.
|
Kendala
|
Pengairan, hama, musim
|
Data Hasil Tanaman Kelapa
No
|
Jenis
pengamatan
|
Hasil
pengamatn
|
1.
|
Sistem panen
|
Memanfaatkan parit
|
2.
|
Jenis lahan
|
Gambut
|
3.
|
Kendala
|
Hama Oryctes
|
Data Hasil Perkebunan
Kelapa Sawit Pasang Surut
No
|
Jenis
pengamatan
|
Hasil
pengamatn
|
1.
|
Lahan
|
Rawa pasang surut
|
2.
|
pH
|
4,6
|
3.
|
Pengelolaan
|
Terintegrasi
|
B.
Pembahasan
a.
Sawah
Padi yang ditanam oleh pak Ngatijan ini didaerah
pasang surut tipe B yaitu didaerah Tanjung lago yang merupakan daerah
transmigrasi masyarakat jawa, namun didaerah ini banyak juga para petani yang
mengalih fungsikan lahan mereka menjadi lahan perkebunan sawit. Berbeda halnya dengan pak Ngatijan, beliau
masih memanfaatkan lahanya untuk menanam padi dan juga menanam kelapa sawit,
dalam satu hektar pak Ngatijan menanam sawit sebanyak 40 pohon dengan system
pagar dan didalamnya dapat dibudidayakan padi pada saat musim hujan tiba dan
bisa juga dibudidayakan tanaman jaguang.
Lahan pak Ngatijan ini di apit oleh dua sungai yaitu
sungai musi dan sungai Ngatijan kata pak Umar, sungai yang ada tersebut akan
meluap tinggi pada sampi 3-4 bulan, sedangkan kondisi PH yang ada di daerah
tersebut ialah 4,6 dengan demikian kondisi PH yang masam maka perlu perospek
budidaya yang baik supaya didapatkan hasil yang memuaskan, jenis tanah yaitu
lempung liat berpasir, dengan kondisi yang sedemikian rupa maka daerah tersebut
cocok untuk dibudidayakan tanaman padi, dan kondisi kapasitas tukar kation nya
yaitu rendah.
Pak Ngatijan berbudidaya tanaman padi dengan system
Tabela, dalam satu hektar pak Ngatijan memerluhkan benih sebanyak 60 kilogram.
Kelemahan dari berbudidaya dengan system Tabela ini iyalah Banyak memerlukan
benih, sehingga pemakaian benih terlalu berlebihan, namun dari segi waktu
menghemat waktu dalam penanaman. Dilahan tersebut penanaman kelapa sawit
memiliki tiga macam pola penanaman yaitu pola sejajar yang bisa ditanam
sebanyak 50 pohon dalam satu Ha, pola pagar yang ditanam sebanyak 40 pohon
dalam satu Ha, dan dengan pola tengah yang pada saat ini masih dalam proses uji
coba.
Pak Ngatijan menanam padi dengan varietas Tw
(Winata) yang merupakan varietas local varietas ini tahan terhadap tanah masam
sehingga cocok untuk dibudidayakan didaerah ini yang memiliki Ph tanah yaitu
4,6, varietas Tw ini juga tahan terhadap hama kepinding yang mana hama ini
datang bersamaan dengan pasang nya air. Cirri tanaman yang terserang lembing
batu yaitu padi berwarna kuning dan cara mengatasinya yaitu dengan insektisida
sistemik, dan apabila hal ini tidak dikendalikan maka kemungkinan gagal panen
sangatlah besar.
Dalam proses budidaya PakNgatijan mengaplikasikan
pemupukan awal dengan 50 kg urea dan dicampur dengan KCl 25 kg per Ha nya dan
disemprot dengan eli sebanyak 4 bungkus, pada pemupukan ke dua yaitu dengan
pupuk posca sebanyak 100 kg. dan penyemprotan dengan menggunakan insektisida
digunakan rogen, agadi decis dll untuk mengendalikan hama yang menyerang umur
40 hari merupakan pemupukan terakhir. Dan setelah itu tinggal peroses perawatan.
Pada saat
musim panen yaitu hasil yang didapatkan adalah 80 karung yang setiap karungnya
berkapasitas 80 kg. dalam satu Hektarnya. Jadi setiap musim panen bisa
mendapatkan sekitar 6 ton lebih gabah beras. Panen yang paling banyak
didapatkan pak Ngatijan yaitu dengan menggunakan varietas IR 42 yang mana pada
saat itu pak Ngatijan menanam sehabis penanaman jagung di lahanya, kemungkinan
halite dapat terjadi karena masih adanya sisa pupuk yang banyak setelah tanam
jagung sehingga berpengaruh pada penanaman selanjutnya. Hama yang sering
menyerang lahan pak Ngatijan ialah tikus dan babi.
b.
Kebun Kelapa
Kelapa merupakan tanaman tanaman tahunah yang
pertumbuhanya sangat bagus didaerah pasang surut, namun akhir –akhir ini
tanaman kelapa banyak saingan dari komonditas tanman kelapa sawit sehingga
banyak petani didaerah tanjung lago menganti tanaman mereka dengan kelapa
sawit. Pada kunjungan yang kedua ini kami mengunjungi desa Karang Anyar
kecamatan tanjung lago kabupaten Banyuasin Sumatra selatan di daerah ini
perkebunan kelapa memiliki Luas lahan sekitar 2700 ribu hektar dengan
sedemikian luasnya lahan yang ada maka masyarakat didaerahini membangun kanal
kanal berukuran besar yang berfungsi untuk saluran irigasi selain itu juga
digunakan untuk pengangkutan buah kelapa dari kebun menuju penampungan.
Dengan dibuatnya kanal kanal untuk mengangkut hasil
panen maka hal ini sangat lah membantu, karena saluran air yang dibuat hanya
satu maka penggunaanya pun secara bergantian dengan perjanjian antar masyarakat
misalnya pada hari pertama yang memanen adalah orang A maka hari kedua nya
adalah orang B demikian juga seterusnya tinggal member tahu dengan masyarakat
sekitarnya. Buah yang terdapat dalam satu tanaman kelapa bisa mencapai 36 buah
dalam satu tandan terdapat 7-8 buah, tinggi tanaman kelapa yang terdapat di
desa Karang Anyar sudah mencapai tinggi kira- kira 15 m, jenis kelapanya yaitu
kelapa dalam, kelapa dalam ini banyak dijadikan sebagai kopra yang di ambil
minyak nya dan bisa juga untuk dimakan, kebanyakan kelapa di kirim kedaerah
palembang dalam bentuk sudah di kupas dari serabutnya, namun apabila untuk di
ekspor ke luar negi masih dalam keadaan buah segar / dalam keadaan utuh hal ini
dilakaukan supaya kelapa tidak busuk saat dalam pengiriman.
Kebanyakan tanaman kelapa yang ada didesa Karang
Anyar berbentuk bengkok atau condong hal ini karena perakaran tidak kuat untuk
menahan beban hal ini dapat mempengaruhi
produktifitas dari tanaman kelapa itu sendiri, pemanenan kelapa dilakukan tiga
bulan sekali.
c.
Kebun kelapa sawit
Tanaman kelapa merupakan tanaman tahunan yang tumbuh
subur di berbagai tempat, tanaman kelapa sawit yang terdapat didaerh telang ini
kebanyakan milik prusahaan swasta, dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit
khususnya didaerah pasang surut harus lah memperhatikan kondisi lingkungan
sekitar, supaya penanaman berlangsung dengan bagus maka dibuat lah kanal atau
sluran air yang berfungsi untuk menampung air supaya tidak mengenagi tanaman
sawit.
Didaerah telang perkebunan kelapa sawit ini telah mengalami
pencucian yang dicirikan dengan kondisi akenampakan air nyayang sudah jerih,
kebanyakan perkebuanan yang ada milik swasta sehingga pembuatan atau pembukaan
lahan sudah terencana sedemikian rupa sehingga pertumbuhan kelapa sangat bagus
terutama pada saat musim kemarau tanamn yang ada tidak mengalami water divisit
yang dicirikan dengan pelepah patah.
Tanaman kelapa sawit yang ada di perkebunan
merupakan varietas dari Sriwijaya 3, yang dicirikan pelepah pendek dan daun
pendek pula, dengan demikian maka keadaan perkebunan kelapa sawit ini sangatla
bagus . kelemahan tanamn kelapa sawit yang ada didaerah pasang surut ialah
adanya gulma, gulma susah dikendalikan karena kondisi lingkungan yang
kebanyakan tergenang sehingga pado kondisi ini gulma sangat mudah tumbuh
berbeda halnya dengan di perkebunan yang tidak terletak didaerah pasang surut
yang pengendalian gulmanya mudah di atasi terutama dalam pemeliharaan piringan
tanamn untuk pemupukan.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum tentang Pengelolaan Tanaman Budidaya Dilahan Rawa Pasang
Surut adalah sebagai berikut :
1. Penanaman padi di Desa
Suka Tani, Kecamatan Tanjung Lago menggunakan sistem TABELA (Tanam Benih
Langsung).
2. Penanaman padi disawah diiringi dengan penanaman
kelapa sawit dengan system tanaman pagar.
3. Lahan pasang surut merupakan lahan yang genangan air
nya di pengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
4. Tanaman kelapa sawit bisa dibudidayakan di daerah
pasang surut dengan penglolaan tata air dengan pembuatan saluran drainase.
5. Kelapa merupakan tanaman yang dibudidayakan didaerah
pasang surut sejak dahulu.
6. Tipe tanah yang terdapat di daerah tanjung lago ialah
lempung liat berpasir, dan Ph tanah 4,6.
B.
Saran
Dalam praktikum pengelolaan tanaman budidaya dilahan
rawa pasang surut hendaknya sebelum praktikum dilaksanakan terlebih dahulu
diadakan konsultasi terhadap masyarakat sekitar supaya masyarakat dapat
mempersiapkan terlebih dahuluapbila ada kunjungan dari pihak mahasiswa supaya
masyarakat dan mahasiswa dapat saling bertukar ilmu atau pengalaman tentang
berbudidaya dilahan pasang surut.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Elfis,2010.
ekosistem rawa lebak dan pasang surut gajah mada. Penerbit UI Press, Jakarta.
Hernanto, F. 2010. Ilmu
Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Http://1001budidaya.com/budidaya-kelapa-hibrida/diakses pada tanggal 25november 2014.
Http://aiifnb.blogspot.com/2012/12/pengelolahan-rawa-dan-pasang-surut.html diakses pada tanggal 25 november 2014.
Nappu, B., dkk. 2003. Analisis Kebijakan Strategis dalam Mendukung
Sistem Usahatani Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sebakung Kalimantan Timur.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 6:81-94.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan
Aplikasi). PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Teguh nasa 2012, budidaya tanaman, teknik budidaya dan tata kelola
air. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Wikipedia,2009.http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1210&Itemid=63 diakses pada 25 november 2014.
LAMPIRAN
GPS untuk melihat letak lokasi SPAD alat untuk mengukur klorofil
daun
Saluran air untuk
pengankutan kelapa tanaman
kelapa didaerah pasang surut
Tanaman sawit yang ditanam
didaerah saluran drainase pada
lahan perkebunan
pasang surut
kelapa sawit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar