Rabu, 11 November 2015

SUKSESI TUMBUHAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN SUKSESI TUMBUHAN KHAYATU KHOIRI 05121407020 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata "Suksesi", apalagi bangsa Indonesia yang menuju masyarakat demokratis. Pemilihan Kepala Daerah dan pergantian pemimpin satu dengan yang lain, dikenal dengan istilah suksesi. Namun istilah suksesi sudah dikenal sejak lama dalam komunitas tumbuh-tumbuhan. Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Atau suksesi adalah perubahan komunitas tumbuh tumbuhan yang secara teratur mulai dari tingkat pioneer sampai pada tingkat klimak.Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh awalnya ekstrim sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain. suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. Dalam setiap komunitas setiap individu selalu dikelilingi oleh berbagai organisme, yaitu organisme satu spesies atau spesies lain. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan. Hubungan antara spesies di dalam komunitas mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai spesies yang membentuk komunitas. Klasifikasi komunitas bersifat hierarki; tingkat tertinggi adalah pembagian vegetasi dunia ke dalam kategori fisiognomi yang dapat dikenal atau biom yang distribusinya terutama diatur oleh pola iklim global. Biom tak dapat dikenal dengan komposisi jenis, sebab berbagai jenisnya biasanya dominan di berbagai dunia. Suatu klasifikasi terendah biom teresterial berdasarkan suhu dan curah hujan . Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui peroses alami pada lahan garapan. Dan membandingkan persaingan yang tumbuh di dalam lahan tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA Sudah diketahui secara meluas bahwa apabila suatu kebun tidak dipelihara, atau lapangan rumput yang tidak pernah dipotong secara teratur maka vegetasinya akan mengalami perubahan dan tidak tetap seperti itu terus menerus. Berbagai tumbuhan liar akan hidup/tumbuh dan mengubah sama sekali karakteristik dari vegetasi asalnya. Demikian juga suatu suatu lahan pertanian yang tidak digarap, maka herba, perdu, dan pohon liar akan tumbuh menguasai daerah/lahan pertanian tersebut. Hal ini merupakan contoh konsep suksesi secara sederhana. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo,1990). Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya. Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya, atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apa pun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah (Irwan, 1992). Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi ( Resosoedarmo,1990). A. Pengertian Suksesi Menurut Sutomo (2009:45) suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi (Luken, 1990 dalam Sutomo (2009:45). Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi. Suksesi vegetasi menurut Odum adalah: urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks. Odum (1971) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik dan abiotik tercapai. Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain (Daniel, et al, 1992). Menurut Odum (1971:313) perkembangan ekositem atau apa yang lebih sering disebut sebagai suksesi ekologi dapat ditakrifkan dari 3 parameter berikut ini: Suatu proses perkembangan komunitas yang teratur yang meliputi perubahan-perubahan dalam struktur jenis dan proses-proses komunitas dengan waktu;hal ini agak terarah dan karenanya dapat diramalkan Diakibatkan oleh perubahan lingkungan fisik oleh komunitas;yakni suksesi itu dikendalikan komunitas walaupun lingkungan fisik menentukan polanya, laju perubahan dan sering menetapkan batas-batas seperti misalnya berapa jauh perkembangan itu dapat berlangsung. Masalah itu memuncak dalam ekosistem yang dimantapkan dalam mana biomas maksimum (atau kandungan informasi yang tinggi) dan fungsi secara simbiotik antara makhluk dipelihara persatuan arus yang tersedia Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi. Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu (Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan Ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). B. Jenis-jenis suksesi Berdasarkan kondisi habitat pada awal proses suksesi, suksesi dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Suksesi primer: Suksesi yang terjadi belum ada vegetasinya atau di daerah yang tadinya sudah ada vegetasi, kemudian terganggu (misalnya terbakar), sehingga daerah tersebut menjadi kosong sama sekali. Pada habitat tersebut tidak ada lagi organisme dan komunitas asal yang tertinggal sehingga pada substrat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas yang baru pula. 2. Suksesi sekunder: Suksesi yang terjadi pada habitat yang pernah ditumbuhi vegetasi kemudian mengalami gangguan, tetapi gangguan tersebut tidak merusak total organisme sehingga dalam komunitas tersebut, substrat lama dan kehidupan masih ada. Perbedaan suksesi sekunder dan primer terletak pada kondisi habitat awal. Proses kerusakan komunitas disebut denudasi. Denudasi dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang, hujan, gelombang laut dan penebangan hutan. Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami, tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia. Keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang hancur karena ditebang oleh manusia, atau dihancurkan akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang terjadi akan relatif sama. Namun Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadan yaitu : Suksesi dengan urutan normal. yang berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat. Misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak, di mamah biak, dijadikan tempat beristirahat ternak, atau tempat berguling-guling ternak. Kondisi vegetasi akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap berada di tempat itu. Suksesi dengan urutan berirama, yang berasal dari gangguan berulang-ulang, mungkin siklis tetapi mempunyai interval waktu antara satu gangguan dengan gangguan berikutnya. Misalnya terjadi pada perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian. Suksesi dengan urutan katastrofik, yang menjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi tumbuhan. Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses suksesi yaitu: 1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi 2. Migrasi : tersebarnya biji 3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi 4. Kompetisi : adanya pergantian spesies 5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies 6. Klimaks : komunitas stabil Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.Ada beberapa macam tipe suksesi yaitu: 1. Hidrosere: Tipe suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebutHidrarch. Vegetasi yang sering berganti dalam hidrarch disebut hidrosere. Tipe suksesi ini tidak memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke perkembangan komunitas daratan. Jika air yang ada itu dalam jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air selalu bergerak kuat (beratus atau bergelombang) atau adanya kekuatan fisik lain, suksesi menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan sukar mengalami pergantian. Jadi suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi komunitas tumbuhan menempati kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta diikuti terjadinya erosi tanah di tepi danau, sehingga batas (tubuh) air akan semakin kecil dan hilang setelah waktu yang lama, Sebagai pelopor adalah tumbuhan air yang terendam, kemudian dirusak tumbuhan terapung seperti eceng gondok, kemudian rumpur rawa, rumput daratan, semak dan akhirnya pohon. Pada kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan menutup permukaan air, kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar kolam dan lama kemudian mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuhan baru yang mematikan jenis tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemudian habitat yang lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan terjadi tanah yang cukup matang dan tebal 2. Halosere:Suksesi yang dimulai pada tanah bergaram atau air asin. 3. Xerosere: Suksesi vegetasi yang berkembang dalam daerah xerik atau kering, biasanya disebut xerarch. Ada dua macam yaitu: Psammosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir. Lithosere : suksesi vegatasi yang dimulai pada batuan. Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja. Dengan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu harus tumbuhan yang tahan kering dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan yang biasanya merupakan pioner adalah lumut kerak (Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak. Dalam proses respirasi Lichenes akan mengeluarakan CO2 dan akan bereaksi dengan H2O sehingga menjadi H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi dengan bahan-bahan dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel batuan. Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi dengan sisa-sisa Lichenes yang mengalami pembusukan, mengikat N yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti itu tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu akan muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta). Begitu seterusnya vegetasi pertama akan memberikan pengaruh pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi kedua. Urut-urutan terjadinya proses ini: Lumut kerak——-lumut kerak berdaun——–lumut ——— rumput-rumputan (herbaceus) ——— semak-semak (shrubs) ——- pohon-pohonan. Tidak semua proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat permukaannya merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput tahan kering, baru kemudian semak dan pohon-pohonan. Penyebab Suksesi Iklim. Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi. Topografi. Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain: Erosi: Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai. Pengendapan (denudasi): Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut. Biotik. Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi C. Proses suksesi Menuju Klimaks Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas, mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut tanaman Pioner. Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri tingkat-tingkat atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak merupakan loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas dominan yang lain. Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang diciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan). Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang matang, dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat. Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat: Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks yang sama. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks. Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air. Klimaks seperti ini disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai karakteristik yang tersendiri. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan. Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut denganpyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain:Melastoma polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp. Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan disebut pra klimaks (pre klimaks). Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu dan yang terpenting adalah: Fasa klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbagannya antara lingkungan biologi dengan lingkungan non-biologinya Komposisi jenis pada fasa klimaks relatif tetap atau tidak berubah Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organik, sehingga tidak ada perubahan yang berarti Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi masing-masing. Berikut ini merupakan berbagai teori klimaks 1. Teori monoklimaks: Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi klimaks yang akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan demikian sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini difahami sebagai teori monoklimaks. Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu wilayah iklim utama. Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyataan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu vegetasi yang telah berada dalam suatu bentuk klimaks di suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-perbedaan lokal dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama. 2. Teori poliklimaks: Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda. Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk menerangkan variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939, Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu teori alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu meliputi tanah, drainage, dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai fenomena yang bersifat temporal. Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap bentuk klimaks. 3. Teori informasi: Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah antara teori monoklimaks dan teori poliklimaks. Odum berpandangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan enersi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan enersi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan keluaran enersi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil enersi dan informasi sama besar dengan masukan enersi dan informasi. Sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks. Pengertian ini berlaku sampai sekarang. Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan bervariasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda. Whittaker (1953) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat. Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia. Smitthusen (1950), Whittaker (1951 – 1953) dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim setempat. III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Lokasi pengamatan suksesi tumbuhan ini dilaksanakan di lahan percobaan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya, Sumatera Selatan. pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2013, Yang dilakukan pengamatan pada setiap minggunya selama 8 minggu. B. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perlengkapan pertanian seperti parang, sepatu bot, cangkul, tali, penggaris, kertas, dan pena. Sedangkan bahan yang digunakan adalah lahan yang dibersihkan sebagai media tumbuh tumbuhan. C. Cara Kerja • Bersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput dan tumbuhan lain yang ada, seluas 25 m2 • Bagi lahan tersebut menjadi petak kecil yang berukuran 1 x 1 m2 dengan menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafia. Selanjutnya biarkan petak tersebut selama 1 minggu. • Setelah satu minggu amati jenis tumbuhan yang tumbuh pada setiap petakan tersebut. Catatat jumlah dan tinggi dari masing-masing tumbuhan tersebut. • Pengamatan dilakukan sampai minggu kedelapan dan catatlah perubahan komposisi pada lahan tersebut. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Adapun hasil dari praktikum ini yaitu : Hasil pengamatan minggu ke 1 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Rumput Teki 80 2 Putri Malu 11 3 Aksonorpus compressus 25 Hasil pengamatan minggu ke 2 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Rumput Teki Tak terhingga 2 Putri Malu 15 3 Aksonorpus compressus 50 Hasil pengamatan minggu ke 3 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Rumput Teki Tak terhingga 2 Putri Malu 18 3 Aksoorpus compressus 60 Hasil pengamatan minggu ke 4 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Rumput teki Tak terhingga 2 Putri Malu 35 3 Aksonorpus compressus 100 4 Rumput gajah 1 Hasil pengamatan minggu ke 5 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Putri malu ±40 2 Rumput gajah 1 3 Rumput belulang ±10 4 Patikan kebo 8 5 Aksonorpus compressus ±100 6 Teki Tak terhingga Hasil pengamatan minggu ke 6 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Putri malu ±50 2 Rumput belulang ±20 3 Patikan kebo 25 4 Teki ±100 5 Aksonorpus compressus ±100 6 Rumput gajah 1 Hasil pengamatan minggu ke 7 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Putri malu ±70 2 Rumput belulang ±40 3 Patikan kebo 35 4 Teki ±100 5 Aksonorpus compressus ±100 6 Rumput gajah ±20 Hasil pengamatan minggu ke 8 No. Jenis Gulma Jumlah 1 Putri malu ±70 2 Rumput belulang ±50 3 Patikan kebo 35 4 Teki Tak terhingga 5 Aksonorpus compressus Tak terhingga 6 Rumput gajah ±35 B. Pembahasan Pada praktikum kali ini yang berjudul suksesi tumbuhan yang dilakukan di lahan Budidaya Pertanian melakukan pengamatan tentang perubahan populasi tanaman yang lahannya sudah dibersihkan terlebih dahulu, apakah ada perubahan dari lahan tersebut dan tanaman apa saja yang tumbuh. Dalam pelaksanaan praktikum ini dibuat petak seluas 5 x 5 m2 kemudian dibuat lagi petakan-petakan kecil dengan ukuran 1 x 1 m2. Setelah dibuat petakan-petakan tersebut diamati apakah ada perubahan yang terjadi, tanaman apa saja yang tumbuh, banyak tanaman yang tumbuh, jenis-jenis tanaman yang tumbuh dan tinggi tanaman. Pengamatan ini dilakukan setelah 1 minggu lahan tersebut dibersihkan dan dibuat petakan-petakan sampai minggu ke delapan. Setelah dilakukan pengamatan ternyata ada perubahan yang terjadi. Banyak tanaman yang tumbuh dan tanaman tersebut bervariasi. Tanaman yang paling banyak tumbuh yaitu teki atau bisa disebut dengan gulma, walaupun tanaman ini tumbuhnya tidak terlalu besar namun teki sangat mudah tumbuh dijenis tanah apapun sehingga teki lebih banyak tumbuh dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain. Ada perbedaan dari tiap minggu dilakukannya pengamatan. Pada minggu pertama hanya terlihat sedikit tanaman yang tumbuh, tapi pada minggu kedua sudah banyak jenis tanaman yang tumbuh, salah satu yang mendominasi adalah putri malu. Setiap minggu tanaman ini mengalami pertumbuhan yang relatif cepat dibanding dengan tanaman yang lain seperti belimbing tanah dan alang-alang. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh. Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna ( tahap sebelum klimaks yang sebenarnya ), baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau penghambat di hilangkan. Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki pandangan tertentu secara umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali satu jenis komunitas karena kelompok spesies yang sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir dalam ruang dan waktu; komunitas cenderung menciptakan kestabilan dinamis. Setiap gangguan cenderung diatur oleh aturan sendiri. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain 2) Perubahan yang terjadi pada lahan garapan sangat jelas 3) Setiap minggu selalu tejadi perubahan pada lahan garapan yaitu bertambah banyak tanaman yang tumbuh 4) Jenis tumbuhan yang pertama kali tumbuh pada petak lahan kami adalah dari jenis rumput ilalang. 5) Terjadi pergantian komunitas tumbuhan yang menghuni petak lahan tersebut. B. Saran Para praktikum hendaknya lebih meneliti dengan seksama agar didapatkan hasil yang memuaskan disamping itu juga agar lebih semangat dalam mencari atau meneliti lahan yang digunakan sebagai percobaan. VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Suksesi Vegetasi. http://fp.uns.ac.id Clements, F.E. 1916. Plant Succession. An Analysis of The Development of Vegetation. Carnegie. Inst. Washington. Daniel, Th.W., J.A. Helms, F. S. Baker., 1992, Prinsip-Prinsip Silvikultur (Edisi Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh : Dr. Ir. Djoko Marsono), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Irwanto, 2007. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marseg. http://www.freewebs.com. Marsono, Dj. dan Sastrosumarto, 1981. Pengaturan Struktur, Komposisi dan Kerapatan Tegakan Hutan Alam dalam Rangka Peningkatan Nilai Hutan Bekas Tebangan HPH. Makalah Lokakarya Sistem Silvikultur TPI di Bogor. Bogor. Odum, Eugene.P.1971. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Poedjirahajoe, E. 1996a. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Buletin Penelitian Kehutanan No. 29/1996. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Poedjirahajoe, E. 1996b. Peran Perakaran Rhizophora mucronata dalam Perbaikan Habitat Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Buletin Penelitian Kehutanan No. 30/1996. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutomo. 2009.Kondisi Vegetasi Dan Panduan Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan Di Bekas Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu Bali (Suatu Kajian Pustaka). Jurnal Biologi XIII (2) : 45 – 50. LAMPIRAN

PERSAINGAN INTERSPESIFIK DAN INTRASPESIFIK

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
EKOLOGI PERTANIAN


PERSAINGAN INTERSPESIFIK
DAN INTRASPESIFIK










KHAYATU KHOIRI
05121407020









PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisme hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti kompetisi. Kompetisi  tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman. Mengingat pentingnya mengengetahui jarak tanaman ideal untuk pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi pada tanaman yang sejenis maupun berbedaspesies.
Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air  dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau (Vigna radiata) dan jagung (Zea mays).
Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain.
Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar tumbuhan. di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan. Kompetisi antara tanaman tersebut terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh. Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa faktor  antara lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman kompetitor, periode tanaman, dan jenis tanaman. Oleh karena itu dalam praktikum ini kita akan

B. Tujuan
Untuk mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap tertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau.





II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Faktor-faktor Biotik dalam Interaksi Populasi
Faktor yang berpengaruh dalam interaksi populasi adalah faktor biotik lingkungan yang pada dasarnya bersifat acak tidak langsung terkait dengan perubahan komunitas, terutama faktor iklim dan curah hujan. Banyak data mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang pertama-tama menentukan kerapatan populasi. Perubahan yang cocok dapat meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya poipulasi dapat mati kalau tidak cocok.
Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan organisme tetapi pengaruh yang sebenarnya malah dapat memicu perubahan mendasar sampai kepada variasai. Jika pembahasan berbagai factor abiotik lingkungan terkait dengan berbagai parameter toleransi, sebaran dan optimasi, factor biotic didak langsung terkait dengan factor itu. Tetapi di sisi lain factor biotic lebih realistic, bervariasi dan mampu menciptakan stabilitas populasi.

2. Persaingan dalam komunitas
Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik.
Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain – lain (Setiyadi, 1989). Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).

3. Pengaruh Lingkungan  Terhadap Tumbuhan
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat  pada penampilan tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).

4. Hubungan atau Interaksi Sesama Tanaman
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk keperluan estetika, perlu diketahui bahwa hubungan sesama tanaman tertentu memerlukan bantuan tanaman tertentu pula, misalnya untuk perlindungan. Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan zat-zat yang dapat merangsang atau meracuni jenis tumbuhan lain. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji tanaman yang ada disekitarnya (Irwan,2007). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan  sesama tanaman  yaitu:
Adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli. Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati. Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dap[at mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan,2007).

5. Kompetisi
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton,1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion principles). Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain.



















III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013.

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah 1). Polybag 10 kg yang berisi tanah, 2). Biji jagung, 3). Biji kacang hijau .

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu:
a.Beberapa pot plastik yang berisi tanaman disediakan secukupnya.
b.Biji jagung atau kacang hijau yang masih baik dipilih kemudian direndam
   dalam air selama satu jam.
c.Biji-biji tersebut ditanam kedalam pot plastik yang berbeda dan diatur
   sedemikian rupa sehingga dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan
   sebagai berikut :
-          Pot no 1 ditanam dengan 1 biji jagung atau biji kacang hijau.
-          Pot no 2 ditanam dengan 2 biji jagung atau biji kacang hijau.
-          Pot no 3 ditanam dengan biji jagung atau biji kacang hijau.
-          Pot no 4 ditanami dengan 6 biji jagung atau biji kacang hijau.
-          Pot no 5 ditanami dengan 8 biji jagung atau biji kacang hijau.
Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga ulangan.
d. Sebagai cadangan sediakan beberapa pot yang ditanami jenis yang sama untuk
    penyulaman apabila selama percobaan ada tanaman yang mati.
e. Penyiraman dilakukan setiap hari
f. Pengamatan dilakukan setiap minggu dan diukur tinggi tanamannya
g.Tinggi tanaman yang berbeda jarak tanamannya dibandingkan pada setiap jenis
   tersebut.
h.Dibuat grafik pertumbuhan untuk masing-masing pot. Besaran pada sumbu X
   dinyatakan dalam waktu (minggu) dan pada sumbu Y dinyatakan dalam LPT
   (laju pertumbuhan tanaman).
i. Untuk mengetahui pengaruh yang nyata dari tiap perlakuan dilakukan uji statis.














IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil pengamatan pada praktikum persaingan tanaman intraspesifik dan interspesifik ini adalah :
Hari/ tanggal Pot Nama Tanaman Tanaman
Hidup Tinggi Tanaman (cm) Jumlah daun
(helai)

Selasa, 23 April 2013 I

II

III

IV

V Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau 3
5
3
3
2
1
2
3
4
2 17
15
14
15
15
13.5
13.5
18
17
14 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3

Hari/ tanggal Pot Nama Tanaman Tanaman
Hidup Tinggi Tanaman (cm) Jumlah daun
(helai)
Selasa, 30 April 2013
I

II

III

IV

V
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau 4
6
4
4
3
2
4
5
5
3 25
30
35
43.8
27
42
31
56
47
46.2 8
5
6
5
5
5
4
5
5
3

Hari/
tanggal Pot Nama Tanaman Tanaman
Hidup Tinggi
Tanaman (cm) Jumlah
Daun (helai)
Selasa, 7 Mei 2013
I

II

III

IV

V Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau 4
5
4
4
3
2
4
5
5
3 39
56
37
47
32
56
37
60
52
54 8
6
6
6
6
6
9
6
8
6











B. Pembahasan
Pada praktikum ini diamati pertumbuhan pada biji kacang hijau dan biji jagung yang di tanam pada polybag dengan jumlah, jarak dan kepadatan  yang berbeda pada setiap polybag.  Semua polybag diberi perlakuan yang sama dimulai dari jumlah intensitas cahaya dan suplai air setip harinya. Perlakuan ini bertujuan untuk melihat perbandingan pertumbuhan suatu tanaman dengan ruang lingkup yang sama. Pengamatan dilakukan selama kurang lebih 4 minggu dengan pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dalam jangka waktu 3 hari 1 kali sampai tanaman dipanen. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat apakah trjadi persaingan jenis atau tidak karena pada umumnya tumbuhan yang berasal dari biji untuk awal kehidupannya mendapat suplai makanan dari kotiledonnya (cadangan makanan). Dan setelah beberapa hari secara perlahan kotiledon akan gugur dan dengan sendirinya suatu tumbuhan harus mendapatkan suplai makanannya sendiri dan harus bersaing dengan yang lainnya untuk mempertahankan hidupnya. Selain itu, penanaman biji dengan jumlah dan jarak yang berbeda di setiap plotnya bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu tumbuhan untuk tumbuh dan melihat perbedaan pertumbuhan di masing-masing plot.
Hasil yang dapat kami simpulkan pada praktikum persaingan antara tanaman sejenis (INTASPESIFIK) bahwa terdapat faktor- faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan tumbuhan dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah, oksigen, unsur hara dan karbon dioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat pula faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman tersebut. Adapun faktor eksternal tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan penyerbuk, agen dispersal biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara serta angin. Adanya gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan.
Pada umumnya kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan merupakan faktor penentu untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan. Biji yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar tumbuhnya. Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat faktor-faktor yang mengukung hal tersebut terjadi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kadar air, kelembaban tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor fisik lainnya.
Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , species yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ). Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain.
Enam faktor  yang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan biji-biji yang di tanam. Namun dalam praktikum ini yang lebih dilihat adalah persaingan yang terjadi antara biji yang ditanam dalam 1 plot baik persaingan intaraspesifik ataupun persaing interspesifiknya.Untuk menguji hipotesis dan mengukur perbedaan antar perlakuan dengan menggunakan ulangan yang sama maka digunakan metode analisis varians satu jalur atau ANOVA 1 jalur  dengan sistem Rancangan Acak Lengkap (RAL). Berikut adalah hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode tersebut.
Secara teoritis, apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumberdaya pun semakin ketat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah luasnya lahan tanam, jenis tanaman, kepadatan tumbuhan, dan waktu lamanya tanaman sejenis hidup.
3. Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.
4. Terjadinya persaingan atau kompetisi dapat menyebabkan tanaman mati
5. Pertumbuhan tanaman kacang hijau lebih cepat daripada tanaman jagung maka kacang hijau adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.


B. Saran
Hendaknya dalam praktikum ekologi pertanian ini lebih teliti dalam pengamatan dan menyediakan alat dan bahan sebelum melaksanakan praktikum supaya pelaksanaan terlaksana dengan lancar.






VI. DAFTAR PUSTAKA
Bogon et al. 1990. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta.
Irwan, Z.D.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Kastono. 2005. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta.
Mollen. 2002. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press: Jakarta.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press  Yogyakarta.
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan Srigandono, B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.
Setiadi, Dedi, Muhadiono, Ayip Yusron.1989. Penuntun Praktikum Ekologi.PAU Ilmu Hayat IPB: Bogor.
Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta.
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press: Jakarta.

PEMETAAN DENGAN GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
EKOLOGI PERTANIAN


PEMETAAN DENGAN GPS
(GLOBAL POSITIONING SYSTEM)










KHAYATU KHOIRI
05121407020









PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pemetaan seringkali digunakan pada ilmu matematika untuk menujukkan proses pemindahan informasi dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, proses tersebut sama dengan yang dilakukan oleh kartografer,yaitu memindahkan informasi dari permukaan bumi ke dalam kertas. Hasil dari pemindahan informasi tersebut dinamakan peta atau denah atau map.Perkembangan dalam teknologi.
Komputer memungkinkan perpindahan media untuk pemetaan menjadi digital. Pemetaan digital menjadi lebih fleksibel karena banyaknya jumlah informasi yang dimiliki dan mudahnya pengaksesan informasi. Bentuk peta digital yang paling sederhana adalah memindahkan media peta yang sebelumnya kertas menjadi gambar pada komputer, misal JPEG tanpa adanya database dengan kemampuan interaktif (Fitriani et al.,2011).
Salah satu pemetaan dengan teknologi sederhana adalah dengan menggunakan GPS kemudian dipindahkan datanya ke GIS. GPS Map edit merupakan salah satu software yang yang berfungsi untuk pemrosesan data hasil dari perekaman GPS. Beberapa jenis GPS adalah Garmin, ALAN, Holux, dan Navitel Navigator.Sedangkan GIS merupakan salah satu flowmap yang paling modern. GIS umumnya didesain untuk manajemen dan menampilkan yang mana umumnya merupakan data yang terkait dengan satu lokasi di bumi, bisa titik, garis atau poligon dan spasial. Flowmap dikembangkan pada tahun 1990, dimulai dengan pengembangan program simpel untuk aliran barang dan manusia di peta.
Diversitas pepohonan endemik dan eksotik di lingkungan Universitas Sriwijaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan, mengingat pentingnya menjaga kelestarian ekosistem flora pada suatu tempat. Kekayaan flora tersebut dapat menunjang kehidupan manusia, misalnya sebagai sarana pengambilan oksigen yang digunakan untuk bernapas, sarana rekreasi dan sarana edukasi untuk mengetahui kekerabatan suatu spesies dan apakah spesies tumbuhan tersebut endemik ataukah eksotik. Akan tetapi, kekayaan flora tersebut memiliki perhitungan yang sulit sehingga diperlukan suatu metode dalam pemetaan yang lebih efisien.


B. Tujuan
Tujuan dari praktikum penggunaan GPS yaitu  praktikan dapat mengetahui pengertian dari GPS, Kemudian dari pengertian tersebut praktikan dapat mengetahui klasifikasi GPS Sehingga akhirnya  praktikan dapat mengetahui metode atau cara penggunaan GPS dan dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari- hari.










II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian GPS
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan system untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali di kembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan i=untuk kepentingan militer maupun sipil (survey dan pemetaan).
System GPS, yang nama asinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satelite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelit, pengontrol, dan penerima/pengguna. Satelit yang GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan.
satelit bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang di transmisikan oleh stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara kontinyu ke pesawat penerima (resiver) dari pengguna
pengontrol betugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari bumi baik untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi orbit dan waktu, sinkronisasi waktu antar satelit, dan mengirim data ke satelit.
penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk menentukan posisi (posisi 3 dimensi yaitu koordinat dibumi dan ketinggian), arah, jarak, dan waktu yang diperlukan oleh pengguna. Ada 2 macam penerima yaitu tipe NAVIGASI dan tipe GEODETIC. Yang termasuk resiver tipe NAVIGASI antara lain : Topcon, Leica, Astech, Trimble seri 4000 dan lain-lain. Dalam bidang survey dan pemetaan untuk wilayah terumbu karang, GPS dapat digunakan untuk menentukan posisi titik-titik lokasi penyelaman maupun transek. Posisi yang di peroleh adalah posisi yang benar terhadap system koordinat bumi. Dengan mengetahui posisinya yang pasti, lokasi-lokasi penyelaman maupun transek dapat di plotkan ke dalam peta kerja.
Sekilas tentang system koordinat
Pengenalan tentang system koordinat sangat penting agar dapat menggunakan GPS secara optimum. Setidaknya ada dua klasifikasi yang dipakai oleh GPS maupun dalam pemetaan : system koordinat global dan system koordinat di dalam bidang proyeksi.
koordinat geografi diukur dalam lintang dan bujur dalam besaran derajat decimal, derajat menit decimal atau derajat menit detik.
koordinat di dalam bidang proyeksi merupakan koordinat yang dipakai pada system proyeksi tertentu. Umunya berkait erat dengan system proyeksinya, walaupun adakalanya (karena itu memungkinkan) digunakan koordinat geografi dalam bidang proyeksi. Membicarakan system koordinat dalam bidang proyeksi tidak dapat terlepas dari datum yang digunakan. Ada dua macam datum yang umum digunakan dalam perpetaan yaitu datum horizontal dan datum vertical. Dengan demikian transformasi antar datum, antar system proyeksi, dan antar system koordinat dapat dilakukan.
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu. GPS terdiri dari 3 segmen yaitu segmen angkasa, kontrol/pengendali, dan pengguna. Segmen angkasa terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada ketinggian 20.200 km dengan periode 12 jam (satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam). Segmen Kontrol/Pengendali terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan antena. akan ditunda pengiriman ke tujuan hingga tujuan aktif kembali.



2. Klasifikasi GPS
Fungsi – Fungsi Tombol Garmin GPS Navigasi 60
Garmin GPS Navigasi 60  adalah salah satu Receiver GPS tipe navigasi, yang dilengkapi dengan Kompas Digital. Alat ini punya kemampuan sebagai berikut :
1.     Dapat menentukan posisi (koordinat) dalam format geografi (lintang & bujur), koordinat pada proyeksi peta (UTM), dll
2.     Dapat menentukan ketinggian suatu tempat
3.     Dapat menentukan waktu, kecepatan, dan arah
4.     Dapat menyimpan koordinat sebanyak 3000 titik (waypoint)
5.     Dapat menyimpan koordinat secara otomatis (track) sebanyak 10000 titik.
Fungsi – fungsi tombol pada keypad Receiver Garmin GPS 60 adalah sebagai berikut :







1.    Tombol  ON/OFF
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan Receiver atau untuk mengatur terang/gelap layar.
2.    Tombol  Zoom In dan tombol Zoom Out
Tombol ini berfungsi pada tampilan halaman (page) peta (map)      untuk memperbesar atau memperkecil tampilan peta dilayar.
3.    Tombol  FIND
Tombol Find berfungsi untuk menampilkan menu Find, berguna untuk navigasimencari suatu titik yang telah diketahui koordinatnya (waypoint) atau mencari suatu kota (Cities).
4.  Tombol  MARK
Tombol Mark berfungsi untuk menyimpan posisi saat ini ke dalam waypoint.
5.  Tombol  QUIT
Tombol Quit berfungsi untuk keluar dari suatu tampilan menu atau kembali ke halaman sebelumnya.
6   Tombol  ROCKER
Tombol Rocker berfungsi untuk memilih menu atau menggerakkan kursor pada tampilan di layer.
7.  Tombol  PAGE
Tombol Page berfungsi untuk pindah dari tampilan halaman (page) 1 ke halaman berikut.
8.  Tombol  MENU
Tombol Menu berfungsi untuk menampilkan option masing-masing tampilan halaman atau kalau ditekan 2 kali akan menampilkan halaman menu utama.
 9.  Tombol  ENTER
Beberapa fungsi tombol ini adalah sebagai berikut :
Untuk memilih  menu/submenu Untuk memasukkan data   (misalnya memasukkan koordinat ke waypoint).
Dibagian belakang Receiver Garmin GPS terdapat :
1.    Port untuk koneksi kabel ke antena luar.
2.    Port untuk koneksi kabel ke batterai luar.
3.    Port untuk koneksi kabel USB ke computer.
4.    Kunci penutup batterai.
5.    Tempat batterai.
Tampilan Informasi Layar (PAGE)
Receiver Garmin GPS Navigasi 60 menampilkan informasi ke pengguna dalam bentuk halaman per halaman (page) informasi di layer monitor, ada lima (5) tampilan halaman informasi yang terdiri dari Satelite Page, Trip Komputer Page, Map Page, Compass Page, Main Menu Page. Untuk pindah dari tampilan halaman satu ke halaman lainnya dapat melakukan dengan menekan tombol PAGE atau QUIT.
 1.    Satellite Page
Menampilkan informasi jumlah satelit yang diterima dalam bentuk diagram  batang dan sky plot, posisi atau koordinat Geografi (lintang dan bujur) serta  ketelitian koordinat.
2.    Trip Komputer Page
Menampilkan informasi data untuk navigasi seperti kecepatan, arah, jarak, waktu, posisi, ketinggian dan lain-lain
3.    Map Page
Menampilkan peta dan informasi navigasi (sesuai kebutuhan). Pada tampilan halaman peta ini beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
 Zoom IN/OUT (memperbesar atau memperkecil) tampilan skala peta. Menampilkan titik waypoint. Menampilkan hasil pengukuran Track (seperti jalan, dll).  Mengukur jarak antara 2 titik di peta, dll.
4.    Compass Page
Menampilkan informasi navigasi, pada dasarnya sama dengan Map Page :
•      Speed (kecepatan).
•      Dist To Next (jarak ke titik yang dituju).
•      To Course (arah/azimuth ke titik yang dituju).
•      Off Course, koreksi ke arah garis tujuan di lapangan (kiri atau kanan)
•      Track (arah perjalanan/pergerakan receiver).
  Untuk mengganti/ merubah tampilan kotak informasi dapat menggunakan.
 5.    Main Menu
Main Menu adalah Menu untuk mengatur parameter receiver (datum, format koordinat), satuan panjang/sudut/waktu yang diinginkan, atau informasi mengenai GPS, tinggi muka laut, waypoint, beberapa program bantu seperti kalkulator, kalender, stopwatch, games dan lain-lain.


III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di jalan menuju lahan sawit dan aboretum atau di samping Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada hari Selasa, tanggal 7 Mei 2013.

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah 1). Tiang kayu/bambu , 2). Jam, 3). Kompas, 4). Benang, 5). Waterpass, 6). Data deklanasi matahari, 7). Laptop, 8). Gps, 9). Kalkulator, 10). Penggaris, 11). Alat tulis.

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu :
1. Tentukan tempat yang akan diamati yang mengenai sinar matahari.
2. Tancapkan bambu  ke tanah.
3. Pasang tali benang sesuai arah yang terkena sinar matahari atau mengikuti bayangan.
4. Catat dan hitung hasil yang akan digunakan dalam menentukan letak bujur lintang.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil pengamatan pada praktikum pemetaan ini adalah :
Pengamatan I
A

200 tan = 90/200
Tan = 0,432o = 22, 538o
B    90   C koordinat = 22. 32 17 – 17. 28 23 = 05o 03’44’’(posisi)
Pada jam 12 08’ 29”, jarak antara matahari dan deklanasi terletak di lintang selatan pada 22o 32’ 17”
Posisi bujur = 12 08’ 29 “ – 11 56 26 = 00. 11. 58
Konversikan dengan detik – 660 + 58 = 718/ 4 = 179.5 = 2o 59’ 24” BT

Pengamatan II
A
tan = 114/200 = 0,95
200 = 28,39, konversikan dengan detik
= 0,39 x 60 = 24
B     114   C = 28o 23’ 24”
Koordinat 28o 23’ 24” – 17o 29’ 03”
= 10o54’ 21”
Maka posisi lintangnya adalah lintang selatan, dengan lintang sebesar10o54’ 21”
Dan posisi bujurnya adalah 13 14 10 – 11 56 26 = 01 17 44
Dikonversikan dengan detik, 3388/4
= 847/60 = 14,11
0.11 x 60 = 6,6
0,6 x 60 = 36
Jadi lintang bujur nya adalah 14o 6’ 36”






B. Pembahasan
Cahaya merupakan faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Fotosintesis : sebagai sumber energi bagi reaksi cahaya, fotolisis air menghasilkan daya asimilasi (ATP dan NADPH2).
Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu misal camellia sinensis untuk membuat teh putih atau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar dan tipis.
Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak; misalnya, anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi 15 jam sehari tidak akan menghasilkan gula yang banyak jika tidak mendapatkan cahaya lebih dari 8 jam sehari, dan tomat tidak dipengaruhi lamanya penyinaran. Fenomena ini disebut fotoperiodisme.
Citra penginderaan jauh yang banyak digunakan sebagai sumber peta dasar adalah; citra foto udara, citra satelit Landsat, citra satelit Spot, citra satelit Ikonos, dan citra satelit Quickbird. Dengan menggunakan citra penginderaan jauh, gambaran muka bumi yang akan dipetakan akan dapat memberikan data dan informasi yang terkini. Kenampakan-kenampakan obyek fisik, sosial dan budaya beserta batas-batas administratif maupun  batas geografis  akan tampak. Dengan demikian kerangka letak  (sebagai peta dasar) mudah dilacak atau ditelusuri lewat citra tersebut.
Kemajuan teknologi informasi (TI) proses pembuatan peta telah terbantu, sehingga untuk melakukan pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Pemanfaatan peta dasar yang dahulu banyak bersumber dari peta rupabumi, sekarang sudah banyak yang beralih menggunakan citra penginderaan jauh.
Modul praktek mikrokontroler yang digunakan sebagai media praktikum pemprograman mikrokontroler di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, selama ini aplikasinya masih sangat terbatas pada aplikasi LED, keyped, motor dc, motor server, dan LCD. Untuk mengikuti perkembangan teknologi dan juga memperluas pengetahuan mahasiswa maka dirasa perlu untuk menambah beberapa aplikasi yang salah satunya adalah aplikasi GPS (Global Positioning System). GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi, dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan.
Modul praktek mikrokontroler yang digunakan sebagai media praktikum pemprograman mikrokontroler di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, selama ini aplikasinya masih sangat terbatas pada aplikasi LED, keyped, motor dc, motor server, dan LCD. Untuk mengikuti perkembangan teknologi dan juga memperluas pengetahuan mahasiswa maka dirasa perlu untuk menambah beberapa aplikasi yang salah satunya adalah aplikasi GPS.
Teknologi Mikrokontroller berkembang pesat seiring dengan kebutuhan pasar yang membutuhkan suatu piranti yang dapat mendukung perangkat yang canggih namun dengan biaya yang murah. Mikrokontroller merupakan teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil. Produsen mikrokontroller berlomba-lomba membuat inovasi baru dalam memenuhi permintaan pasar.
Mikrokontroller adalah suatu komponen semikonduktor yang didalamnya sudah terdapat suatu sistem mikroprosessor seperti ALU, ROM, RAM dan port I/O dan dibedakan menjadi dua jenis /tipe, yaitu:(Wardana Lingga, 2006)
Tipe CISC atau Complex Instruction Set Computing, yaitu tipe yang mempunyai banyak instruksi namun fasilitas internal secukupnya saja.
Tipe RISC atau Reduced Instruction Set Computing yaitu tipe yang mempunyai banyak fasilitas internal namun jumlah instruksi lebih sedikit.
Salah satu pabrikan mikrokontroller yang cukup terkenal dan sudah banyak digunakan adalah ATMEL, dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard’s Risc processor), teknologi AVR membuat para desainer sistem elektronika dan kendali telah diberi suatu teknologi yang memiliki kapabilitas yang amat maju, tetapi dengan minimal.Mikrokontroller AVR memiliki arsitektur tipe RISC yang mempunyai instruksi hanya sekitar 118 dan sebagian instruksi dieksekusi dalam satu detak namun jika dibandingkan seri MCS51 yang mempunyai instruksi lebih banyak yaitu 255, dan dieksekusi dalam 12 siklus detak, semakin banyak instruksi membuat pemrogram lebih sulit karena lebih kompleks dan semakin lama instruksi dieksekusi membuat lambat kecepatan mikrokontroller. Secara umum, mikrokontroller AVR dapat dikelompokan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama.
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi, dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu diseluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter. Hingga saat ini GPS merupakan sistem satelit navigasi yang paling populer dan paling banyak diaplikasikan di dunia, baik di darat, laut, udara, maupun angkasa. Disamping aplikasi-aplikasi militer, bidang-bidang aplikasi GPS yang cukup banyak saat ini antara lain meliputi survai pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi, geofisik, transportasi dan navigasi, pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan bahkan juga bidang olahraga dan rekreasi.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil dan pembahasan pada praktikum ini yaitu :
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan system untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit.Satelit yang GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan.
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanaman karena   merupakan sumber energi bagi fotosintesis tanaman.
Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan.
Berbagai metodologi yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi tersebut antara lain GPS.
Pada pesawat GPS juga terdapat fasilitas untuk membuat peta lokasi-lokasi yang kita tinggali atau lewati. Peta ini akan digunakan sebagai guide dalam perjalanan.

B. Saran
Pada praktikum pemetaan perlu adanya penambahan waktu, agar materi dapat dikuasai oleh praktikan dengan baik. Ketepatan waktu pelaksanaan praktikum perlu ditingkatkan, terutama pada shift 1/ pagi hari.


VI. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z., 1993. Sinyal dan Data Pengamatan GPS. Majalah S&P Vol.10; No. 4; pp: 1-14.

Abidin, H.Z., 1994. Surveyor Indonesia Dalam Era GPS. Majalah S&P Vol.11; NO.; pp : 35-46

Abidin, Hasanuddin Z, Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.

Fitriani, Risnandar, dan Fauzan Azmi. 2011. Sistem Pemetaan Digital Ruangan Kampus (Studi Kasus : Politeknik Telkom).

Gaol, Risti Endriani Arhatin, dan Djisman Manurung1), Mujizat Kawaru1)
Manual Garmin GPS

Prihandito, A., 1988. Proyeksi Peta. Kanisius,Yogyakarta, 124pp.

Sukandar, Daduk S, dan Didik Y. 2005. Diktat Mata Kuliah Pemetaan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya : Malang.

PENGARUH ALLELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
EKOLOGI PERTANIAN

PENGARUH ALLELOPATI TERHADAP
 PERKECAMBAHAN











KHAYATU KHOIRI
05121407020










PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti “satu sama lain” dan pathos yang berarti “menderita”. Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus (Eucalyptus spp.). Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karena itu, alelopati dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan. Contoh alelopati di dalam ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagelata dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut lainnya. Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.[6] Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar.
Indikasi terjadinya fenomena alelopati dapat terlihat melalui beberapa bentuk, di antaranya adalah autotoksisitas, efek residu, dan penghambatan gulma. Autotoksisitas terjadi bila alelopati terjadi di antara individu dalam satu spesies yang sama, contohnya spesies Medicago sativa (alfalfa), Trifolium spp. (semanggi), dan Asparagus officinalis (asparagus). Hal ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab pertumbuhan tanaman yang tidak sama pada tahun-tahun berikutnya dalam pertanian. Salah satu bentuk alelopati tanaman lainnya adalah residu dari beberapa tanaman diketahui dapat mengurangi perkecambahan gulma. Beberapa tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan gulma melalui proses alelopati adalah Avena fatua (haver), E. repens (semacam rumput), Cirsium arvense, dan Stellaria media.

B. Tujuan
Untuk mempelajari pengaruh alelopati jenis pertumbuhan terhadap perkecambahan tanaman palawija.




















II. TINJAUAN PUSTAKA
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig, 1995b). Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik (Einhellig, 1995b).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984; Einhellig, 1995b). Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995b) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuh ansasaran.Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini. Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.
Menurut Odum, ( 1998 : 206 ).menyatakan bahwa “Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan “
Menurut Mc.Naughton and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan  Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim “















III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada hari Selasa tanggal  30 April 2013.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah bagian akar dan Daun alang-alang,daun gamal, daun akasia, dan daun kirinyuh, akuades, Phaseolus radiatus, Zea mays.

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu :
Pilih biji kacang hijau dan jagung yang baik
Sediakan tempat yang telah diberi kertas merang
Buatlah ekstrak alang-alang, gamal, akasia, dan kirinyuh
Letakkan masing-masing 10 biji kacang hijau dan jagung kedalam tempat yang telah disediakan tadi
Siram 5 ml ekstrak alelopati tumbuhan kedalam tempat tersebut
Amati selama 7 hari dan amati pula pertumbuhan kecambahnya


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Nama Allelopati Jagung Kacang Hijau
Hidup mati hidup mati
Alang-alang - -
Kirinyuh - -
Akasia - -
Gamal - -



B. Pembahasan
Allelopathy berpengaruh dalam pertumbuhan tumbuhan disekitarnya. Allelopathy dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan/perkecambahan. Hal ini sesuai dengan Anonim (2009) bahwa zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organik dan asam lemak bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat. Pengaruh buruk dari alleolopathy berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid (IAA), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor yang meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Hal ini sesuai dengan           Sutopo (1983) bahwa benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih. semakin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Zat-zat tersebut adalah herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi.
Proses penyerapan terhadap air, juga dilakukan oleh benih tanaman. Hal ini sesuai dengan Anonim (2009) bahwa faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada dua, yaitu sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi. Pada umumnya, proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Temperatur harus dikendalikan dengan teliti beberapa macam benih berkecambah diatas suatu batas yang lebar dari temperatur yang wajar, tetapi yang lain mulai tumbuh dengan segera hanya dibatas yang sempit. Benih berkecambah biasanya pada temperatur dimana benih itu telah menyesuaikan dengan iklim di tempat benih tersebut dihasilkan. Ketersediaan air di lingkungan sekitar benih merupakan faktor penting. Kurang tersedianya air pada lingkungan benih akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah menjadi semakin rendah atau tidak terpenuhi.
Perkecambahan pada biji kacang hijau maupun jagung tidak terjadi. Hal ini disebabkan karena praktikan tidak melakukan prosedur percobaan sebagai mana mestinya. Yakni menetesi biji kacang hijau dan jagung sebanyak 10 tetes setiap harinya secara rutin. Menurut Anonim (2009), bahwa laju perkecambahan juga tergantung pada tanggapan dari jenis benih terhadap daya penghambat dari allelopathy dimana benih jagung memiliki laju perkecambahan benih yang lebih lambat dari benih kacang hijau. Hal ini karena kondisi benih jagung yang lebih memungkinkan   untuk menerima daya penghambat dari allelopathy dibandingkan benih kacang hijau.















V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Allelopathy merupakan pengaruh yang menghambat atau merusak pertumbuhan dari tumbuhan lain disekitar yang disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan ke lingkungannya.
2. Allelopathy adalah senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan penghasil Allelopathy tersebut.
3. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tumbuhan, zat-zat kimia yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi autotoxic dan antitoxic.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan terdiri dari faktor dalam dan faktor luar.
5. Faktor dalam perkecambahan, meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan.
6. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan meliputi : air, temperatur, oksigen, dan cahaya.

B. Saran
Agar dalam mengikuti praktikum lebih teliti lagi dan menuruti perintah-perintah dari para kakak asisten agar tidak mengecewakan.






VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2009)Alelopati.(Online)(http://io.ppijepang.org/download.php?file=files/inovasi diakses tanggal 5 juni 2013).

Odum . 1998 . ekologi tumbuhan .rineka cipta : Jogjakarta

Petelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia mangium wild terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea mays).(Online)(http://www.geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc diakses pada tanggal 5 juni 2013).

Soejani . 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sukman, Y., & Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers

Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. Grafindo. Jakarta : ix + 223 hlm.